Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

CERITA DARI GERBONG KERETA API

Pertama naik kereta api, menempuh jarak Yogyakarta-Jakarta saya menjumpai sebuah kehidupan yang seolah tiada henti, kuat dan tangguh seperti halnya roda-roda besi yang terus bergerak lurus tak peduli beratnya gerbong dan sekumpulan barang di dalamnya. Tak pernah tidur, sepanjang kereta masih melaju, mereka terus berjalan tanpa ragu. Sejenak berhenti lalu melangkah lagi. Lalu di kanan kirinya bangku-bangku berjajar menopang badan-badan lelah. Rasanya nikmat sekali tidur seperti mereka. Tapi rasanya tak ada kenikmatan lain selain merebah begini, tak peduli berapa jumlah pasang kaki yang melangkahi. Dan selamat datang di Ibu Kota...

27 Tahun KAHITNA: Cinta yang Tak Pernah Kehilangan Rasa

“di balik lirik lagu yang disuka, tersirat curahan hati dan rasa, entah bahagia maupun luka”.  Ungkapan itu sangat sepadan dengan lagu-lagu KAHITNA. Tak perlu susah berkeluh kesan tentang cinta segitiga yang berakhir parah, orang suka meminjam lagu “Aku Dirimu Dirinya”. Daripada menceritakan luka lama karena harapan palsu, orang akan katakan “Cinta Sendiri”. Sementara jika  jatuh cinta salah waktu ada lagu  “Tentang Diriku” atau cinta yang takkan satu ada lagu berjudul “Soulmate”. Bagi yang sedang bimbang menjalani cinta beda agama lagu  “Nggak Ngerti” yang mewakilinya. Dan bagi yang sedang susah move on lagu “Mantan Terindah” adalah soundtracknya. Namun KAHITNA bukan hanya tentang cinta yang menyedihkan. KAHITNA juga tentang kisah cinta yang membahagikan. Tak Sebebas Merpati, Cerita Cinta, Cantik atau Menikahimu sangat pas untuk menggambarkan indahnya cinta. Tapi tak sedikit pula yang melabeli KAHITNA sebagai band cengeng dengan syair yang hiperbolis. Namun sebe

Smartphone Lahirkan Para Pembajak Musik Baru

Dulu pambajakan hanya dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki seperangkat media berharga mahal untuk bisa menggandakan sebuah keping CD menjadi ribuan anak-anak haramnya. Selanjutnya ketika teknologi internet dan software semakin berkembang dan menjadi sesuatu yang murah, semakin banyak orang bisa mengkloning sebuah karya musik. Dan kini di era saat dunia dipindahkan ke dalam genggaman tangan setiap orang, era di mana tangan dan jari manusia semakin eksis, hal ironis itu terjadi. Berbagai gadget di genggaman banyak orang itulah yang kini bisa membuat semua orang bisa membajak karya musik dengan sangat leluasa. Beberapa hari yang lalu saya tergelitik mendengarkan hasil rekaman siaran radio favorit yang sengaja saya rekam karena di saat yang sama harus mengerjakan hal lain.   Suara hasil rekaman ternyata sangat jernih seperti tak mengalamai kompresi. Penasaran dengan hasilnya jika diputar melalui player di komputer, saya pun memindahkannya ke laptop. Ternyata kualitas audi

"setengah mati"

"suatu saat mencintai adalah musibah. karena saat kau coba untuk mengusirnya dari hati, kau akan menjadi setengah mati.."

Membaca "HUJAN dan GALAU"

Banyak orang yang mengutuki hujan. Meski diam-diam mereka menikmati setiap butiran air yang berjatuhan. Bagai sihir dari langit. Setiap tetesan airnya menuntun ingatan orang untuk memanggil satu demi satu kenangan yang sudah terlewati. Bunyinya ketika jatuh menghantam tanah, atap rumah atau mungkin menerpa badan dan membuatnya basah seolah membawa banyak rasa yang tak pernah diundang. Segenap sensasi dan rasa yang dimaknai sebagai Galau . Banyak orang mengingkari perasaan galau jika hujan datang.  Usaha yang sia-sia karena nyatanya sukar untuk menangkis serangan galau jika hujan sudah turun. Pada akhirnya galau justru membuat orang bisa lebih menikmati hujan. Bahkan tanpa sadar sebagian orang berharap hujan datang agar ia bisa merasakan banyak rasa yang tak bisa ia dapatkan tanpa hujan. Tapi tak banyak yang tahu pasti mengapa galau kerap tiba-tiba menyerang di kala hujan tiba. Kita kerap buru-buru mengambil kesimpulan bahwa galau adalah pertanda untuk sebuah pribadi ya

DI SINI

Aku mungkin hampir lupa suaramu juga tatapan kelabu itu. Caramu mengaduh dan mengeluh. Tapi aku masih ingat tempat di mana kita tak sengaja bertemu meski tak pernah sempat memiliki waktu...

GARA - GARA KAHITNA | Project Pop Bernyanyi

Untuk beberapa kisah, KAHITNA membuat orang bertemu jodohnya lalu menikah. Sementara bagi sebagian yang lain KAHITNA membuat mereka susah move on dari Mantan Terindah. Tapi bagi Project Pop, KAHITNA lebih dari sebatas kolega bermusik. Project Pop yang kini telah berumur 17 tahun ternyata menjadikan KAHITNA sebagai idola sekaligus bagian dari inspirasi mereka dalam bernyanyi.  Tak tanggung-tanggung, menandai album ke-9 mereka, Project Pop membuat lagu berjudul “Gara-Gara KAHITNA”. Dijagokan sebagai single unggulan pertama dari album baru Project Pop, Gara-Gara KAHITNA dirilis dan diperdengarkan secara perdana di jaringan radio Jabodetabek, 12 April 2013, pukul 15.33 atau jam 3 sore lewat 33 menit yang menandakan angka 9 untuk jumlah album mereka. Menyimak “Gara-Gara KAHITNA”, Project Pop sepertinya ingin benar-benar memasukkan ruh KAHITNA ke dalam nyanyian mereka pada lagu ini. Sebuah cara unik, menarik sekaligus mempertontokan kreativitas tingkat tinggi dari Project Pop d

Hancurnya Martabat Musik di Gerai Ayam Goreng

Riuhnya panggung musik pagi di sejumlah stasiun TV seolah menunjukkan bahwa Indonesia adalah negeri yang sangat musikal. Apalagi setiap acara musik pagi juga memiliki program award sendiri-sendiri. Meski nominasi dan pemenangnya hampir bisa ditebak, tapi ajang seperti itu tetap mampu mengundang histeria dan memancing euforia masyarakat dan itu dianggap sebagai bentuk apresiasi tertinggi kepada karya musik Indonesia. Sayangnya semua citra baik mengenai panggung musik Indonesia tersebut adalah anggapan yang terburu-buru, kita mungkin telah tertipu. Acara musik pagi dan serangkaian program awardnya tidaklah serta merta menggambarkan tingginya apresiasi terhadap musik Indonesia. Meski memberi ruang apresiasi, acara-acara itu tidak bisa menjadi rujukan yang memuliakan musik Indonesia karena kenyataannya di waktu yang sama, di tempat yang berbeda, martabat musik Indonesia justru sedang dipertaruhkan secara murah(an). Opini ini tidak membahas “pertanggungjawaban” acara musik pagi

Mikha Angelo dan Rusaknya Panggung Musik Indonesia

Selamat pagi, Semalam untuk kedua kalinya saya menyempatkan menonton tayangan Gala Show X-Factor Indonesia dan untuk pertama kalinya melihat penampilan seorang peserta bernama Mikha Angelo. Sudah beberapa kali menangkap pembicaraan para kawan juga saudara tentang “penyanyi muda” itu, akhirnya saya melihat seperti apa penampilan dan aksi seorang Mikha dalam bernyanyi. Ini bukan tentang kekecewaan beberapa penggemar lagu Viva La Vida yang mungkin berkerut dahinya ketika menyaksikan dan mendengarkan suara Mikha menyanyikan lagu itu. Juga bukan tentang aransemen musik yang baik dan penari latar yang heboh menolong paket histeria seorang Mikha. Apalagi tentang “save me song” yang mubazir. Saya sempat menyimpan tanya kepada para juri X-Factor dan ajang serupa tentang idealisme musik mereka yang sebenarnya. Tak ada yang harus diragukan dari musikalitas seorang Anggun, Rossa, Ahmad Dhani, Beby Romeo juga para pemusik lainnya yang menjadi juri di banyak pencarian bakat yang tayang d