Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Malang

Kisah Bu Sri, 40 Tahun Berjualan Pecel di Pasar Klojen Malang

Jam masih menunjukkan pukul 05.30 ketika saya memasuki Pasar Klojen Malang. Saat itu hanya ada sedikit lapak penjual yang sudah buka. Aneh memang pasar tradisional yang umumnya ramai di pagi hari justru terlihat sepi.   Bu Sri di Pasar Klojen (dok. pri). Namun, begitulah keadaan Pasar Klojen sekarang. Banyak penjualnya telah pindah ke pasar-pasar lain, sementara warga Malang yang berbelanja di sana sudah surut jumlahnya sejak lama. Bisa dikatakan hanya penjual dan pembeli yang saling setia yang sekarang masih menjejakkan kakinya di Pasar Klojen. Salah satu penjual yang setia bertahan di Pasat Klojen adalah seorang penjual pecel bernama Bu Sri. Kedatangan saya pagi itu juga untuk bertemu dengannya sambil menyantap pecel racikannya. Ketika saya datang Bu Sri masih sibuk menyiapkan bahan untuk menyajikan pecel. Ia tampak cekatan menata wadah-wadah di atas meja kayu. Wadah-wadah itu berisi antara lain sayuran, bumbu pecel, dan aneka lauk yang mengundang s...

Menjelajah Malang pada Akhir Tahun

Sentuh silang antara daerah wisata dan pusat pendidikan membuat Malang memilik banyak tempat istimewa dan destinasi menarik. Pembauran antara budaya dan kreativitas anak muda juga bisa dijumpai di sana. Dengan kata lain Malang adalah mozaik dari beragam pengalaman wisata dan rekreasi. Hei, Malang! (dok. pri). Menjelang akhir tahun 2016 lalu saya menghabiskan dua hari di Malang, tepatnya pada 17-18 Desember. Selama dua hari itu, hari pertama terasa sangat istimewa karena menjadi inti penjelajahan saya di Malang. Sejak pagi hingga sore saya berjalan kaki menyusuri Malang, melangkah dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan sesekali beristirahat di beberapa tempat. Rasanya asyik menikmati Malang sambil meninggalkan jejak-jejak kaki. Melelahkan memang, tapi puas karena itulah yang saya inginkan. *** Stasiun Malang Kota Baru menjadi pintu masuk saya. Sabtu, 17 Desember 2016, sekitar pukul 04.00 kereta api Malioboro Ekspres yang membawa saya dari Yogyakarta ...

Mencicipi "Lumpur Kentang" di Pasar Oro-oro Dowo Malang

Lumpur Kentang Wolak-Walik dari Pasar Oro-oro Dowo (dok. Hendra Wardhana). Sabtu (17/12/2016) pagi itu udara Kota Malang terasa sejuk. Meski masih sedikit basah dan dingin karena gerimis yang mengguyur malam sebelumnya, tapi kaki saya terus melangkah. Setelah sarapan di daerah Klojen, saya beranjak menuju daerah Oro-oro Dowo. Tujuannya adalah melihat Pasar Oro-oro Dowo yang belum lama diresmikan. Tak ada rencana khusus di pasar tersebut selain melihat-lihat wujud dan suasana pasar. Rencananya saya p un hanya sebentar di sana. Namun, apa boleh buat saya justru bertahan agak lama di dalamnya. Sebuah tempat berjualan yang tepat menghadap pintu masuk pasar menarik perhatian saya. Meski tempatnya kecil namun beberapa orang silih berganti berdatangan. Sebentar mereka duduk lalu pergi sambil membawa kotak bungkusan. Wangi yang tercium dari tempat itu akhirnya menarik saya untuk bertandang. Setelah melihat sebuah spanduk kecil di dindingnya saya semakin penasaran. ...

Malang, Museum Musik Indonesia, dan Cinta Sudah Lewat

Sabtu (17/12/2016) siang itu langkah kaki saya tiba di Gedung Kesenian Gajayana di Jalan Nusakambangan, Kota Malang. Kesibukan terlihat di lantai 1 karena sedang berlangsung persiapan pesta resepsi pernikahan yang tinggal beberapa jam lagi dilaksanakan. Beruntung tamu undangan belum berdatangan sehingga saya bisa menerobos celah kain yang membatasi ruangan pesta.  Sepenggal jejak warisan musik Indonesia di Malang (dok. Hendra Wardhana). Melewati ruangan tersebut saya lalu menuju ruangan lain di lantai 2 dengan menaiki tangga. Tak banyak anak tangga yang harus ditapaki. Ruangannya pun berada tepat di ujung anak tangga terakhir. Meski saat itu pintunya terbuka tapi tak terdengar suara aktivitas di sana. Sepi dan sempat membuat saya menunda keinginan untuk bertamu. Tapi rasa penasaran menuntun saya masuk dan segera mendapati betapa istimewanya ruangan tersebut. Saya berada di Museum Musik Indonesia (MMI). Koleksi piringan hitam langsung menyambut di muka pintu. S...