Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Media Sosial di Antara Rahim Intoleransi dan Pencerah

Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Keberagaman dalam hal agama, budaya, suku, ras dan lain sebagainya merupakan fitrah masyarakat Indonesia sejak dulu. Perjalanan bangsa menunjukkan bahwa semua perbedaan itu me rupakan modal persatuan dan kekuatan dalam mengarungi peradaban.  Media sosial, medium bersosialisasi sekaligus ruang berekspresi dalam genggaman setiap orang (dok. Hendra Wardhana). Akan tetapi, kejadian akhir-akhir ini seakan menunjukkan ke cenderungan ketidakmampuan masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan dalam perbedaan. Sikap yang ditampilkan atas perbedaan seringkali berkebalikan dengan karakter bangsa yang selama ini dikenal menjunjung toleransi. Berbagai gesekan  menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia rentan dimanipulasi oleh isu perbedaan. Sejumlah konflik memperlihatkan bahwa perbedaan, terutama masalah agama, masih mudah meletupkan emosi dan memancing kekerasan di tengah masyarakat. Ada apa dengan toleransi di Indonesia saat ini?. Apa yang mem

Mengenal Seni Ukir Kayu Suku Kamoro Papua dari Oktavianus Etapuka

Dua belas tahun yang lalu, Oktavianus Etapuka (55) kembali ke Kekwa, Timika, Papua. Ia pulang kampung setelah lama mengikuti orang tuanya merantau dan menempuh pendidikan di Jayapura.   Sebagai orang Kamoro ia kemudian menekuni seni ukir kayu khas Kamoro. Kamoro adalah suku seminomaden yang mendiami pesisir selatan Papua. Masyarakat Suku Kamoro yang berjumlah kurang lebih 18.000 orang tersebar di sekitar 45 kampung, termasuk Kekwa. Sebagian besar orang Kamoro hidup dengan budaya meramu. Hutan dan rawa di sekitar tempat tinggal mereka menjadi “supermarket” yang menyediakan semua kebutuhan hidup. Sagu, ikan, daging dan lain sebagainya mereka peroleh langsung dari alam. Tak heran jika orang Kamoro sangat mahir memancing dan berburu hewan dengan cara menyergap atau menjerat. Suku Kamoro juga telah lama melahirkan mahakarya berupa seni ukir kayu yang unik. Mereka membuat ukiran di banyak peralatan yang digunakan sehari-hari. Kebiasaan itu diwariskan dari satu generas