Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Buku

Kekerasan Aparat dan Suara-suara yang Tak Pernah Mati Meski Nyawa Dijagal

Dari kegelapan kubur, kedalaman sungai, hingga dasar jurang. Mereka yang nyawanya dihilangkan “hidup lagi” untuk menerangi sejarah agar tak dilupakan. "Kebun Jagal" (dok. pribadi). Jurang antara penguasa dan rakyat seringkali mewujud dalam bentuk kekerasan oleh aparat yang terus berulang. Seketika nyawa menjadi barang yang sangat murah harganya. Kemanusiaan membusuk hingga nyaris tak menyisakan jejaknya. “Kebun Jagal” karya Putra Hidayatullah menumpahkan kenyataan murung tersebut. Melalui dua puluh satu cerita tentang kematian, sebagian di antaranya berlatar konflik di Aceh semasa operasi militer, Kebun Jagal menghidupkan lagi suara-suara yang terkubur bersama tubuh yang telah tiada atau hilang entah ke mana. Cerita-cerita pendek ini yang beberapa bahkan sangat pendek, berupaya merentangkan panjangnya rantai kekerasan oleh aparat. Hilangnya nyawa seringkali tak memutus rantai kekerasan tersebut. Bahkan, berlanjut dalam bentuk luka dan trauma bagi mereka yang masih hidup, tap...

Indonesia adalah "Live Action" dari Buku-buku Ini

"Tujuan akhir perjuangan kita bukan hanya untuk kemerdekaan bangsa dan negara saja, tapi untuk membuat manusia Indonesia berbahagia" Indonesia, merdeka! (dok. pribadi). Delapan puluh tahun lalu proklamasi diucapkan oleh pendiri bangsa. Sejak itu Indonesia merdeka. Sebuah negara baru terlahir, dipimpin oleh putra dan putri bangsa sendiri.   Tanah ini tidak diperintah lagi oleh bangsa lain. Tak lagi berada di bawah kuasa bangsa-bangsa asing seperti dulu Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang bergantian mendirikan tahta. Bukan lagi Gubernur Jenderal Belanda yang memerintah. Juga bukan lagi bendera Jepang yang mesti dihormati oleh rakyat sambil membungkukkan badan setiap pagi. Namun, kemerdekaan sejatinya bukan sekadar pergantian pemimpin dari seorang gubernur jenderal orang Belanda ke presiden orang bangsa sendiri. Merdeka juga berarti lahirnya kehidupan baru yang lebih baik dan adil bagi rakyat. Merdeka yang mewujudkan kebebasan menentukan pilihan terbaik bagi setiap manusia In...

Pelajaran dari Pasar: Menang Tanpa Mengalahkan

“Kekuatan manusia muncul dari kemampuannya memeriksa kelemahan diri sendiri. Dan untuk memecahkan masalah ia harus sanggup mengakui kesalahannya terlebih dahulu” "Pasar" karya Kuntowijoyo (dok. pribadi). Menjelang akhir masa pengabdiannya memimpin sebuah pasar, Pak Mantri harus menghadapi rentetan masalah dan ujian. Mula-mula pedagang pasar menolak membayar retribusi. Paijo, anak buah Pak Mantri yang bertugas menarik uang dari para pedagang semakin sering kembali dengan kantong kosong. Betapa pun usahanya berkeliling pasar dan memberi pemahaman kepada pedagang bahwa retribusi untuk kebaikan bersama, hanya penolakan yang diterimanya. Para pedagang punya alasan mengapa mereka tak mau membayar retribusi lagi. Gerombolan burung dara yang sebagian bersarang di kantor Pak Mantri telah mencuri dan memakan dagangan-dagangan mereka. Di mata para pedagang, nilai dagangan yang dimakan oleh burung-burung dara setara dengan retribusi. Oleh karena itu, mereka tak sudi lagi membayar iuran k...