Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

BERSAMA KAHITNA DI MALANG. II : PRIA BAIK-BAIK MASUK BAR (^^V)

Pukul 23.00 akhirnya saya dan rombongan memutuskan meninggalkan lobi dan ruang makan Hotel Kartika Graha Malang untuk menuju ke...ke...ke....ke BAR. (sengaja dilama-lamain karena memang penuh dilema untuk memberanikan diri melangkah masuk ke sana). Bar itu mungkin lebih tepat disebut klub malam, namanya My Place, letaknya di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Malang, bersebelahan dengan Hotel Kartika Grha. Dari luar suasana bar mulai terasa. Ruangan gelap dengan sedikit sorot lampu kilat warna-warni yang menyilaukan mata. Lalu lalang orang dengan beragam rupa pakaian mulai dari yang wajar, sopan, berkerudung hingga yang bisa membuat penggunanya masuk angin jelas terlihat di depan saya. Senang ?? Nggak, biasa (maksudya BUKAN BIASA masuk bar ya !!!!). Biasa karena tujuan saya ke sana tulus dan bulat untuk melihat aksi KAHITNA. Dan rombongan saya mungkin yang paling terlihat tak wajar untuk ukuran sebuah tempat berlabel klub malam atau bar karena dalam rombongan saya 5 di antaranya adalah wanit

Pulang Ke Kotamu bersama KAHITNA (Malang, 6-7/12/2011). SATU : "Sampai di Hotel Kartika Grha"

Dari 8 jam perjalanan normal via jalur darat, nyatanya saya baru sampai di hotel tempat menginap pukul 20.00 WIB. Itu sama dengan dengan 11 jam karena saya berangkat dari Jogja pukul 9 pagi. Menginap di sebuah hotel di Jalan Patimura Malang yang letaknya tak jauh dari venu KAHITNA, awalnya saya ingin berjalan kaki menikmati sore hingga malamnya Malang dengan berjalan kaki sebelum kemudian menuju Namun apa daya, terlambat 3 jam membuat rencana saya tersebut bubra semuanya. Sebelumnya saya mengabari hotel akan check in pukul 18.30. Keterlambatan itu pula yang membuat pihak hotel menghubungi saya apakah membatalkan pesanan kamar. Pada akhirnya saya sampai juga di hotel dan mereka belum memberikan kamar saya ke tamu yang lain. Terima kasih...^^b. Hanya sekitar 15 menit saya di hotel tersebut karena tak lama kemudian datang seorang teman menjemput saya. Mba yang sudah lebih dulu sampai di Hotel Kartika Grha juga sudah mewanti-wanti saya untuk segera menyusulnya. Alhasil sayapun tak sempat

Pria Baik-Baik Tidak Makan Pedas & Manis

Sebagai orang yang tidak menyukai masakan dengan cita rasa pedas saya telah lama bermasalah dengan urusan menu makan. Bahkan ketika harus tinggal bersama orang tua semenjak kecil hingga SMA, saya pun sampai mencoba berkompromi untuk menyesuikan selera makan anggota keluarga yang lain. Namun kompromi itu tak seratus persen berhasil. Selera ibu hingga adik perempuan saya yang gemar masakan pedas membuat saya sering malas makan. Meski ibu pada juga sering memasak berbagai macam menu lain, seperti sop atau sayur asem kesukaan saya, pada akhirnya saya tetap menjadi anggota keluarga dengan jadwal makan paling kacau selain ibu. Hingga akhirnya tak heran jika saya dan ibu sama-sama memiliki penyakit gangguan lambung yang kronis. Bedanya ibu mengalami gangguang lambung dan harus beberapa kali opname karena kesukaannya dengan masakan pedas, sementara saya mengalaminya karena sering malas makan. Sering jika di rumah saya memilih untuk menyediakan masakan ala kadarnya untuk saya sendiri. Ya

DAHULU (sebuah cerita lalu)

Saat ini pukul 00.13, 9 November 2011, bukan Sabtu. Basahnya sisa hujan semalam masih ada. Dinginnya pun makin menjadi. Secangkir air putih hangat (memang ini yang biasa menemani saya begadang) dan KAHITNA – Suami Terbaik menemani saya saat tulisan ini diketikkan pada huruf pertamanya. Erwin, Galih, Gani, Tomo dan saya sendiri, Hendra. Itulah kami. Ada apa dengan kami ?. Apa pentingnya kami diceritakan di sini ?. Memang nggak penting-penting amat sih. Tapi mention seorang teman bernama Galih akhirnya tak hanya menarik bibir saya untuk tersenyum, tapi menggoda tangan saya untuk menulis lagi. Menulis tentang suatu waktu di masa dulu, “masa jaya” kami. (ckckck..bahasanya...^^). Tujuh tahun lalu kami pernah bersama, bukan hanya teman SMA, tapi pernah menjadi satu grup bermusik. Bukan band, karena jangankan nama, kami juga nggak ngerti siapa vokalisnya. Player nya pun nggak jelas pembagiannya. (Trus apaan dong ?????!!). Yah, pokoknya kami grup yang kebetulan waktu itu “dipaksa” bergabung

permainan HATI

Baru kemarin kita bertukar sapa. Waktu itu juga tengah gerimis, mirip sekali dengan hujan malam ini. “Hai, sakit apa lagi kamu ?” . Kau pun hanya meringis kecil. “Hehehe..sakiiit..”. Di sudut ruang itu, di bawah cahaya lampu putih, kau nampak sayu. Namun tak sedikitpun ku lihat keangkuhan luntur dari rona wajahmu. Wajah sayumu tampak sedang merana. Tapi kau tetap saja seperti yang dulu. Tentu saja sudah  lama. Dan kau masih sama dengan kau yang malam “dulu” itu. Tiada basa-basi panjang, tak ada salam khusus bagi pertemuan itu. Tapi ada tatap yang sama dalam bola mata mu yang bulat, besar dengan kantung mata yang menggemaskan. Ada senyum yang sepertinya  selalu kau siapkan untuk  menunjukkan pada siapapun yang melihatmu bahwa kau tidak lemah, bahwa kau masih sanggup terbang meski sebelah sayapmu terkulai di pembaringan, dililit selang-selang dan ditusuk jarum-jarum panjang itu.   “Aku tetap hebat, kan ? ” . Itu yang terbaca dari senyummu. Kau memang hebat, itu

ANGGREK nya KAHITNA

Tulisan ini saya buat tadi siang, pada jam saat orang-orang beristirahat. Ditulis cepat dan tiba-tiba. Pertanyaan itu muncul hanya berselang beberapa saat ketika tulisan saya tentang Anggrek Indonesia muncul di time line/highlight berita kompas.com dan juga diupdate oleh  kompasiana.com. Ketika membuka akun fb, saya telat tahu kalau ada mention untuk saya. Mention disertai sebuah gambar bunga Anggrek. Lewat gambar tersebut beliau menanyakan nama Anggrek yang sedang mekar tersebut. Lalu saya jawab dengan sedikit penjelasan. Rupanya Anggrek itu termasuk dalam keluarga Dendrobium. Namun bukan native melainkan anggrek hibrida dan silangan. Kenapa silangan ??. Melihat foto bunganya saja sudah jelas itu adalah hasil pemuliaan. Lagipula jenis yang semacam itu memang banyak di pasaran sekaligus digemari karena selain indah bunganya juga relatif mudah perawatannya di banding jenis Anggrek lain.                                                               Lebih Dari Sekedar Cantik Lantas

BAHAGIA di Jakarta, Merayakan CINTA di Bandung..masih ingin SELINGKUH ?

Bisa jadi tak banyak yang mengerti apa maksud di balik judul buku kumpulan cerpen KAHITNA “Di Antara Kebahagiaan, Cinta dan Perselingkuhan” . Secara tekstual judul itu memang memberikan penegasan bahwa dalam dunia bernama cinta selalu ada dua cerita dan keduanya tak bisa dipisahkan, meski salah satunya dapat dihindari. Bahwa dalam cinta ada keindahan yang menghadirkan KEBAHAGIAAN. Cinta pula yang sering menghadirkan kesedihan dan lara. Sedih dan lara yang sering kali terjadi karena sebuah permainan dalam cinta yang bernama PERSELINGKUHAN. Tapi bagi KAHITNA sendiri, judul itu rupanya menjadi cara mereka menyampaikan "pesan diam-diam" kepada para pecintanya. KAHITNA 15 September lalu memasang label KEBAHAGIAA N dalam konser 25 Tahun Cerita Cinta. Bukan tanpa alasan rasanya, hari itu tanggal 15 September memang menjadi puncak perayaan hari jadi mereka yang ke 25. Malam itu pula mereka berbagi KEBAHAGIAAN dengan para pecintanya. Lalu saat konser usai banyak yang menerka apakah

Buku Program Konser 25 Tahun Cerita Cinta KAHITNA

Konser 25 Tahun Cerita Cinta KAHITNA yang usai digelar 15 September lalu meninggalkan banyak cerita indah. Ribuan penonton yang hadir tak cuma disuguhi lagu-lagu cinta dengan aransemen musik dan vokal yang prima dari KAHITNA, namun juga mendapat oleh-oleh lain berupa cendera mata berbentuk buku program konser yang istimewa. Buku itu tak hanya menceritakan  sejarah KAHITNA  secara singkat namun juga berbagai persiapan dan perjalanan menuju konser 25 tahun dalam bentuk foto-foto ekslusif.  Buku yang tidak diperjualbelikan ini ternyata menarik perhatian mereka yang tidak datang ke konser tersebut. Bagaimana isi buku itu ?. Inilah foto-foto dari buku setebal 23 halaman (termasuk cover) tersebut.                                                                                cover depan                                                                     cover belakang                                                                      halaman 2 & 3                                

Apalah Arti Menunggu

Kembali. Untuk ke sekian kalinya Gadis berada di meja itu. Pukul 23.00. Yang kosong bukan hanya mejanya, tapi seisi kafe itu juga. Hanya terlihat Gadis dan beberapa pelayan di sana yang tengah sibuk membereskan meja. Kafe memang baru akan tutup jam 1 nanti, tapi biasanya jam 12 tempat itu sudah sepi. Dan malam ini malah di luar kebiasaan, selepas Isya tadi malam pengunjung yang datang tak sebanyak biasanya.  Seperti waktu-waktu lalu, Gadis memilih meja yang sama, tepat di sudut ruang, dari pintu masuk langsung banting langkah ke kanan, lurus, mentok, paling pojok. Meja itu adalah tempat yang sama seperti 3 tahun lalu ketika pertama kali mereka datang bersama . Mereka ?.  Benar – benar diluar kebiasaan. Kafe menjadi ramai menjelang pukul 12 malam, satu per satu orang datang. Ada yang benar-benar datang sendiri. Ada juga yang berpasangan, laki-laki dan perempuan, laki-laki dengan laki-laki, atau perempuan dengan sesamanya. Tapi lebih banyak yang datang berombongan, empat hingga lima

Pertemuan Dua Hati

Melihat dunia luar, apalagi melintasi samudera untuk sejenak menikmati kehidupan di negeri orang, bagi kebanyakan orang mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Sudah banyak orang Indonesia yang kesehariannya bolak-balik tanah air dan negeri orang. Sebagian karena alasan bisnis, pekerjaan dan banyak juga yang untuk menempuh studi. Tapi bagi orang desa seperti saya, hal itu bisa jadi kesempatan yang luar biasa. Apalagi kalau sudah pakai embel-embel “gratis”. Tapi ketika menulis ini, saya justru baru melepas kesempatan itu. Saat kalimat pertama tulisan ini selesai, saya baru saja membatalkan keberangkatan saya ke negeri jiran Singapura untuk mengikuti sebuah konfrensi sekaligus melakukan liputan untuk sebuah magazine. Saat ajakan dan undangan itu datang bulan lalu, saya sungguh senang. Apalagi saat tahu semua akomodasi, tiket pesawat dan penginapan telah ditanggung. Mereka hanya meminta saya segera melakukan konfirmasi kesediaan saya. Tapi seperti lirik lagu KAHITNA : “ sedetik kutarik