Pil teramat pahit kembali ditelan paksa oleh Kepolisian Republik Indonesia yang baru saja riang menyanyikan lagu “happy birthday”. Palu seberat berton-ton seolah menghantam kepala para aparat yang sedang bersantai menikmati kemapanan di balik seragamnya. Kado dan kue yang belum lama dinikmati saat hari ulang tahun Bhayangkara 1 Juli kemarin ternyata hanya untuk di kalangan sendiri. Sebab faktanya banyak masyarakat sedang memandang sinis dan kritis ke arah polisi. Pegi Setiawan vs polisi (dok.pribadi). Bulan madu karena indeks kepercayaan yang semakin pulih usai dihajar oleh kasus Ferdy Sambo, Teddy Minahasa dan Tragedi Kanjuruhan juga tak punya makna mendalam. Sebab kenyataannya penyakit lama belum benar-benar sembuh. Setidaknya hari ini kerja dan profesionalisme kepolisian sedang disorot tajam pada 2 kasus. Pertama, pengungkapan kasus pembunuhan Vina yang menyeret Pegi Setiawan sebagai tersangka baru dengan label buronan lama. Kedua, kasus kematian Afif di Padang yang dipenuhi kejan
Buku bekas bukan barang sembarangan. Setiap mendapat buku bekas dan lawas, saya menanti penuh penasaran. Warisan kenangan apa yang akan saya dapatkan? "Pada Sebuah Kapal" karya Nh. Dini. Buku lawas ini sudah berumur hampir 50 tahun (dok.pribadi). S aya sedang sangat senang memandangi sebuah buku. Hanya memandangi tanpa membaca isinya. Sebab cerita di dalamnya sudah lama saya lahap. Meski dari cover yang berbeda, tapi sama judulnya. Buku yang saya maksud ialah Pada Sebuah Kapal karya Nh. Dini yang merupakan edisi klasik. Yakni yang diterbitkan pertama kali oleh Pustaka Jaya pada tahun 1973-1979. Sudah tentu kenampakkannya penuh dengan kelawasan. Cover, kertas halaman, dan cetakan-cetakan di atasnya bernuansa jadul. Ilustrasi covernya unik sekali. Seperti goresan cat air yang membentuk wujud tertentu serupa wanita dan layar sebuah kapal. Aroma kertasnya menyengat seolah telah memerangkap banyak debu, udara dan kelembaban yang melingkunginya selama 50 tahun. Sedangkan pada jilid