Buku ditulis untuk dibaca. Diadakan agar pengetahuan dirayakan. Bukan untuk dimusuhi dan dilarang. Suasana hati saya sebenarnya sedang kurang baik pada Kamis (9/1/2025). Namun, sebuah pesan whatsapp segera membuat saya senang dan bersyukur. Buku-buku yang saya kirimkan telah tiba di tujuan dan diterima dengan baik. Buku-buku yang membuka wawasan (dok. pribadi). Bermula pada akhir Desember 2024 yang lalu. Viral di media sosial unggahan sebuah aktivitas literasi swadaya yang mendapat “musibah”. Beberapa buku yang sedang digelar dalam lapak baca gratis diambil orang tak dikenal. Menariknya buku-buku yang diambil memiliki benang merah yang serupa. Yakni buku-buku bertema sejarah dan sosial politik. Di antaranya biografi Soekarno, Tan Malaka, Animal farm dan lain sebagainya. Hampir semuanya merupakan buku-buku populer yang hingga kini bisa dijumpai dan dibeli di toko-toko buku. Warganet pun tersedot perhatiannya pada buku-buku yang diambil. Kecurigaan adanya keterlibatan pihak-...
Ini bukan tentang tanda bahaya tutupnya toko buku. Bukan tentang buku yang diobral cuci gudang karena tidak laku. Mungkin ini misi mulia dari penerbit, toko, dan penulis agar masyarakat Indonesia tidak melupakan pengalaman traumatik bangsanya. Diskon "tidak biasa" buku Namaku Alam (dok. pribadi). Sesuatu yang menarik saya jumpai dan amati dari toko resmi Gramedia di Tokopedia. Sejak November hingga saat tulisan ini dibuat pada Minggu, 22 Desember 2024, Gramedia rutin dan bergantian memberi diskon untuk sejumlah judul buku. Dari beberapa buku tersebut, ada 3 yang selalu mendapat potongan harga berkisar 30-50%. Buku-buku itu ialah “Pulang”, “Laut Bercerita”, dan “Namaku Alam”. Ketiganya merupakan karya penulis ternama Leila S. Chudori atau Bu Leila. Di sini tidak akan diulas isi dan cerita ketiga buku tersebut. Siapapun bisa mencermati resensi, review atau ulasan tentang Laut Bercerita, Pulang, dan Namaku Alam dengan menjelajahi internet, membuka forum goodreads, gramedia.c...