Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Antara Ancaman Krisis Keuangan Deutsche Bank dan Kasus Ahok

Kantor Deutsch Bank yang megah (dbalumni.com) Kekacauan keuangan melanda salah satu bank ternama di dunia sekaligus bank terbesar di Jerman, Deutsche Bank, pada Oktober hingga awal November 2016. Bank yang pertama kali didirikan di Berlin ini didenda sebesar US$ 14 M oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat atas kesalahan terkait pemberian kredit perumahan di negera Paman Sam. Besarnya jumlah denda menimbulkan potensi gagal bayar dan dikhawatirkan akan memicu krisis keuangan yang meluas. Hal itu dikarenakan Deustche Bank merupakan salah satu pemain utama di jasa keuangan dan perbankan global. Saham Deustche Bank juga sempat turun tajam dan kemungkinan akan dilepas oleh banyak pihak. Saat ini Deustche Bank memiliki banyak cabang di Eropa, Amerika, hingga Asia-Pasifik. Deutsche Bank menawarkan banyak produk dan jasa keuangan baik untuk perusahaan maupun perorangan. Di antaranya adalah penjualan, perbankan transaksi, penurunan utang dan ekuitas, merger dan akuisisi, se

Toko Oen dan Simfoni yang Manis di Semarang

Toko Oen adalah satu ikon kuliner legendaris di Kota Semarang. Letaknya di Jalan Pemuda No.52, sekitar satu kilometer dari Kantor Walikota Semarang. Tak sulit sebenarnya menemukan toko ini karena posisinya tepat di pinggir jalan. Namun, pintunya yang kecil dan tidak sejajar dengan sisi jalan membuatnya seolah tersembunyi. Selain itu tak ada papan nama mencolok di tembok atau pintunya. Hanya tulisan “TOKO OEN” di atas atap yang jadi tanda dari luar. Itupun agak terhalang oleh tiang listrik yang menjulang dan rangkaian kabel listrik yang kurang teratur. Simfoni yang manis di Toko Oen Semarang (dok. pri). Toko Oen mungkin satu dari sedikit restoran bergaya kolonial yang masih bertahan di Indonesia selama puluhan tahun. Sejarahnya dimulai sekitar 1910 ketika Liem Gien Nio mendirikan toko kue kering di Yogyakarta. Nama “Oen” diambil dari nama sang suami, Oen Tjoen Hok. Seiring waktu Toko Oen tidak hanya menjual kue kering. Aneka hidangan yang mengangkat resep khas perpaduan da

Menggapai Asa Berjaya dengan Mutiara Laut Selatan

M enjadi poros maritim dunia. Itul ah cita-cita yang sedang berusaha di gapai oleh Indonesia saat ini. Harapa n yang tidak berlebihan karena Indonesia memiliki modal untuk mewujudkannya. Syaratnya Indonesia harus mampu memanfaatkan serta mengelola setiap sumber daya alam dan potensi bahari yang dimiliki. Mutiara Laut Selatan Indonesia atau Indonesian South Sea Pearl Salah satu yang potensial sebagai komoditi unggulan adalah mutiara. Indonesia merupakan penghasil utama M utiara L aut S elatan atau Indonesian South Sea Pearl yang berasal dari spesies kerang Pinctada maxima .   Selain mutiara laut selatan, jenis mutiara lain yang dominan di dunia adalah mutiara hitam, mutiara Akoya, dan mutiara air tawar Tiongkok. Namun, mutiara laut selatan memiliki kualitas terbaik. Kilaunya sangat indah dengan warna perak dan keemasan yang memikat. Ukurannya bisa mencapai 10-20 mm dan bentuknya hampir bulat sempurna. Karena karakternya yang istimewa Indonesian South Sea Pearl dijuluk

Antara Ahok, Indonesia Sejati, dan Sok Pribumi

Ahok dan SARA. Entah mengapa keduanya seakan tak bisa dipisahkan. Apakah karena Ahok seorang keturunan Tionghoa?. Karena ia non-muslim?. Atau kita yang mengalami kemunduran peradaban dan kembali jadi primitif karena gemar mempersoalkan keberagaman?. Atau malah kita lah yang telah berkhianat pada kebhinekaan dengan bersikap “sok pribumi”. Padahal, istilah pribumi tak jelas maknanya karena sesungguhnya manusia Indonesia modern saat ini adalah “campuran”. Atau mau mencari orang “Indonesia asli?”. Mungkin tinggal fosilnya terpendam di kedalaman bumi. Ahok berbicara di panggung Kompasianival 2014 (dok. Hendra Wardhana). Kembali ke sosok Gubernur DKI Jakarta dan serangan-serangan SARA yang ditujukan berulang kali kepadanya. Bagaimana bisa panji-panji agama dan segala macam atributnya digunakan sebagai tameng untuk mengumbar kebencian, tuduhan, cacian, bahkan ancaman?. Kita menyaksikannya sekarang dengan sangat telanjang. Dan, sepanjang itupula Ahok menerimanya. Setahu sa