Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

[31ThnKAHITNA] #CeritaSoulmate 3: Susah Lupa

Menurut periodesasinya, para penggemar KAHITNA berasal dari dua basis penggemar yang pernah dan masih ada, yaitu KAHITNAmania dan soulmateKAHITNA. Keduanya tak berbeda. Hanya saja nama soulmateKAHITNA yang lebih dikenal saat ini.   "Susah Lupa" (dok. Hendra Wardhana). Meskipun demikian, para KAHITNAmania yang lebih dulu eksis pada masa 90-an hingga 2000-an juga tetap setia dan melebur dalam soulmateKAHITNA. Kesetiaan itu ditunjukkan salah satunya   dari antusiasme mereka yang tak pernah surut terhadap idolanya hingga detik ini.   Tidak sedikit dari mereka yang masih ingat secara mendetail saat pertama kali jatuh hati pada KAHITNA meski kejadian itu sudah lewat belasan tahun lalu. Salah satunya adalah Iyoen Pakpahan yang menyampaikan kisahnya di bawah ini: Aku sudah lama menggemari Kahitna, tepatnya sejak mendengar lagu Cerita Cinta.   Sebenarnya a ku lebih dulu mengagumi Indra Lesmana dan karya-karyanya. Intinya aku menghargai karya musik anak bangsa

[31ThnKAHITNA] #CeritaSoulmate 2: Jadi soulmateKAHITNA, Rasanya "Krenyes-krenyes"

Namaku Monica, sudah lama aku jadi penikmat musik, termasuk musiknya KAHITNA. Aku lupa kapan tepatnya mulai suka KAHITNA, tapi waktu itu aku sempat ngobrol dengan kakak kalau ingin sekali nonton konser KAHITNA. Cerita soulmateKAHITNA (dok: Hendra Wardhana). Keinginan itu akhirnya terkabul pada 2016. Suatu hari saat membuka facebook aku menemukan kabar tentang konser Rahasia Cinta KAHITNA di Semarang. Betapa gembiranya mengetahui hal itu. Apalagi jarak Semarang dengan Ungaran tempatku bekerja tak terlalu jauh. Semangat 45 pun seketika muncul dalam diriku. Hal pertama yang kulakukan saat itu adalah memfollow akun instagram KAHITNA dan para personelnya. Aku menjdai semakin tidak sabar dan merasa deg-degan membayangkan seandainya saat itu aku sudah di depan panggung KAHITNA. Hari konser pun tiba. Aku berangkat ke Semarang dengan seorang teman. Tiket festival aku beli setelah sebelumnya sengaja menabung. Penonton festival ternyata berdiri di samping. Aku yang

Muhammad Subroto: Lebih Dari Sekadar Sate Klathak

Muhammad Subroto (33) antusias menceritakan kisahnya merintis usaha kuliner sate klathak. Di “Warung Nglathak” miliknya yang berlokasi di Jalan Gambiran   Karangasem Baru, Gang Seruni No. 7, Kabupaten Sleman, sekitar 300 meter di utara kampus UGM dan UNY, pria yang akrab dipanggil Mas To tersebut juga menuturkan misi dan niat yang coba ia sampaikan melalui aneka olahan daging kambing atau domba yang ditawarkan.   Muhammad Subroto, pemilik warung "Nglathak" (dok. Hendra Wardhana). “Kebetulan dulu saya kuliah di jurusan peternakan”, katanya pada Selasa sore itu. Ia juga mengaku menyukai masakan berbahan dasar daging kambing dan domba. Setelah lulus dari IPB pada 2007, Mas To memutuskan tinggal di Yogyakarta yang merupakan daerah asal orang tuanya. Di Yogyakarta lidahnya menemukan kenikmatan baru daging kambing setelah mencecap sate klathak. Teman-teman yang suka berkumpul dengannya juga suka dengan sate klathak. Namun, ia tak langsung membuka warung sa

[31ThnKAHITNA] #CeritaSoulmate 1: Yang Tak Terlupakan

"Yang Tak Terlupakan" (foto: Hendra Wardhana). KAHITNA II yang Cantik menjadi awal dari cinta pertamaku pada KAHITNA. Saat itu caraku mengagumi KAHITNA adalah dengan mengkoleksi kasetnya, mendengar lagu-lagunya di radio dan melihat mereka di layar TV, tanpa pernah berada di depan panggungnya secara langsung.   Maklum, meski aku tinggal di kota besar bernama Surabaya, tapi saat itu sepertinya KAHITNA jarang show di Surabaya. Seingatku sih demikian, entahlah jika saat itu mereka datang dan aku yang tidak tahu. Kahitna seperti tak tergapai bagiku.   Oleh karena itu, sejak era KAHITNA II, lalu Mario masuk sebagai vokalis baru, aku sudah cukup senang dengan hanya mengkoleksi CD/kaset album-album mereka. Tapi aku juga menyimpan asa, “someday I will meet them!” . Asa dan doa itu akhirnya terkabul. Bermula dari kabar gembira saat mendengar KAHITNA akan mengisi acara salah satu bank di Tunjungan Plaza pada Januari 2011. Demi melihat sang idola dari dekat, a

Es Jaipong Dwi Yana, Kesegaran di Kotabaru Yogyakarta

Mangkuk ukuran sedang di hadapan saya terlihat penuh dengan berbagai macam isian yang membangkitkan selera. Ada tape singkong, agar-agar hitam, bubur mutiara merah jambu, dan bubur sumsum hijau. Semuanya digenangi santan encer dan es batu. Kemudian disiram gula merah cair yang kental. Sempurna! Es Jaipong (dok. Hendra Wardhana). Rabu (24/5/2017) siang saya menikmati Es Jaipong di Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru, Kota Yogyakarta.   Dwi Yana, peracik dan penjualnya, adalah seorang warga Yogyakarta keturunan Sunda. Keluarga Dwi Yana sudah sejak tahun 1980-an pindah ke Yogyakarta. Saat itu sang ayah memutuskan berjualan Es Jaipong. Dwi juga menuturkan bahwa popularitas Es Jaipong di Yogyakarta sempat melambung pada tahun 1990-an. Saat itu cukup banyak penjual Es Jaipong yang bisa dijumpai di beberapa tempat di Kota Yogyakarta. Nama “Jaipong”   juga merujuk kepada penjualnya yang umumnya merupakan orang-orang dari Jawa Barat. Gerobak Es Jaipong milik Dwi Yana di Jalan