Dari Nh. Dini saya tahu keberadaan masjid ini. Melalui cerita-cerita kenangan yang ia tulis: “Sebuah Lorong di Kotaku”, “Padang Ilalang di Belakang Rumah”, “Langit dan Bumi Sahabat Kami”, dan “Sekayu”. Dalam cerita-cerita tersebut berulang kali Nh. Dini menyinggung masjid sebagai patokan tempat tinggalnya. Ia menyebut lingkungan rumah sebagai “kampung selatan masjid”. Sedangkan rumahnya ditandai sebagai “rumah di selatan masjid”. Isyarat bahwa masjid ini melekat kuat di ingatan dan hati Nh. Dini sebagai salah satu tempat yang istimewa. Masjid Sekayu (dok.pribadi). Dalam “Langit dan Bumi Sahabat Kami”, Nh. Dini bercerita bahwa saat kecil ia mengagumi lantunan azan dari masjid tersebut. Seruan indahnya terdengar hingga ke rumah Nh. Dini yang jaraknya sekitar 100 m dari masjid. Namun, ia tak tahu muazin di balik suara merdu itu. Suatu hari seorang tetangga tiba-tiba datang ke rumah mencari kakak Nh. Dini yang bernama Teguh. Rupanya Teguh belum hadir di masjid sehingga azan terlambat dikum...
di sini dan di ujung jalan itu