Padang Ilalang itu membatasi halaman belakang rumah dengan sungai. Di sana saat ilalang dibabat, Nh. Dini untuk pertama kali melihat rupa orang Jepang yang datang sebagai penjajah. Lewat belakang rumah pula, Nh. Dini bersama ibu dan para kakaknya berjalan membelah malam, menyeberang jembatan menuju kampung Batan untuk mengungsi saat pertempuran meletus di dekat Sekayu. Lain hari ketika hujan deras mengguyur tanpa henti, sungai meluap menggenangi padang ilalang. Sebuah kolam dadakan pun muncul di belakang rumah. Ikan-ikan dari sungai terjebak di sana. Dengan gembira, Dini kecil bersama kakak-kakaknya dan sang ayah memanennya sebagai lauk. *** Soto gerabah di belakang rumah Nh. Dini (dok.pribadi). Kini padang ilalang tak dijumpai lagi. Namun, rumah Nh. Dini masih berdiri di kampung Sekayu yang telah semakin padat. Terhimpit oleh pertumbuhan kota Semarang serta rumah-rumah yang berjejalan di kanan kiri lorong jalan sempit. Padang ilalang di belakang rumah Nh. Dini telah berubah. Digantik
di sini dan di ujung jalan itu