Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

A Man Called BTP

Sepertinya baru kali ini di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ada seorang narapidana yang kebebasannya dari penjara sangat dinanti.  Memang seorang Ariel pernah juga membuat para penggemarnya menginap di depan rutan, rela meninggalkan pekerjaan mereka demi menanti bebasnya sang idola. Namun, bebasnya Ariel tak punya faedah signifikan bagi pengharapan masyarakat, kecuali bagi acara infotainment yang memang suka mengurusi urusan orang lain. A Man Called BTP (dok. pri). Sementara Ahok tanggal kebebasannya dari penjara menjadi hari penantian masyarakat negeri ini.  Klaim “masyarakat negeri ini” mungkin berlebihan mengingat tidak semua orang menanti kebebasan Ahok, seperti halnya tidak semua orang suka padanya. Akan tetapi bukankah serentetan peristiwa, termasuk aksi “jutaan" massa “pembela agama” yang menggiring Ahok masuk ke dalam penjara pada Mei 2017  lalu  juga merupakan peristiwa yang mengguncang negeri? Sekarang bagaimana bisa bebasnya seorang peni

Gagu Menghadapi Intoleransi

Indonesia selalu diasosiasikan dengan kehidupan yang harmonis mengingat begitu beragamnya  negeri ini, tapi rakyatnya bisa hidup berdampingan. Pujian sebagai masyarakat yang toleran membuat orang Indonesia bangga.   Sepanduk pelarangan gereja (sumber: twitter ferry maitimu). Namun, begitu seringnya dijadikan percontohan negeri yang penuh toleransi justru membuat kita kehilangan kepekaan pada masalah intoleransi. Pengrusakan tempat ibadah, pembubaran kegiatan peribadatan, dan propaganda mengenai hari besar agama tertentu tidak dianggap sebagai masalah besar.   Buktinya hal itu terus terjadi dan berulang seolah dibiarkan. Memang sebagian besar negeri ini masih dinaungi nafas toleransi dan masih menikmati berkah serta rahmat kerukunan. Ada toleransi dari Sabang sampai Merauke. Tetapi di sana juga tidak sedikit saudara-saudara kita yang harus dicekam ketidaktenangan dalam beragama dan beribadah. Intoleransi membayangi langkah mereka saat berjalan menuju

Asal-usul dan Orang di Balik Kemeja Putih Jokowi

Jokowi kembali “memutih” di pemilu presiden 2019 ini. Sebenarnya ini mirip seperti saat ia maju dalam pencapresan 2014 bersama JK. Bedanya dulu Jokowi juga masih sering mengenakan kemeja kotak-kotak “warisan” kejayaan Pilgub DKI 2012.  Namun, kali ini bersama K.H. Maruf Amin ia lebih konsisten dengan kemeja putih dan bahkan memilih baju koko warna putih pada foto resmi pasangan Capres-Cawapres. Baik kemeja putih maupun baju koko putih pada dasarnya keduanya sama. Presiden Jokowi dalam kunjungan kerjanya ke Ponorogo, Jawa Timur, pada awal Januari 2019 (dok. Nanang Diyanto). Penampilan Jokowi dengan pakaian atau kemeja putih memang bukan hal yang baru. Selama ini sebagai Presiden ia sering tampil dengan kemeja putih saat menjalankan tugasnya.  Begitupun saat masih menjabat sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI, kemeja putih seolah menjadi “pakaian kerja” sekaligus pakaian hariannya.   Selain itu ia suka berbatik. Tentang alasan Jokowi memilih kemeja putih bara