Langsung ke konten utama

Pulang Ke Kotamu bersama KAHITNA (Malang, 6-7/12/2011). SATU : "Sampai di Hotel Kartika Grha"

Dari 8 jam perjalanan normal via jalur darat, nyatanya saya baru sampai di hotel tempat menginap pukul 20.00 WIB. Itu sama dengan dengan 11 jam karena saya berangkat dari Jogja pukul 9 pagi. Menginap di sebuah hotel di Jalan Patimura Malang yang letaknya tak jauh dari venu KAHITNA, awalnya saya ingin berjalan kaki menikmati sore hingga malamnya Malang dengan berjalan kaki sebelum kemudian menuju Namun apa daya, terlambat 3 jam membuat rencana saya tersebut bubra semuanya. Sebelumnya saya mengabari hotel akan check in pukul 18.30. Keterlambatan itu pula yang membuat pihak hotel menghubungi saya apakah membatalkan pesanan kamar. Pada akhirnya saya sampai juga di hotel dan mereka belum memberikan kamar saya ke tamu yang lain. Terima kasih...^^b.

Hanya sekitar 15 menit saya di hotel tersebut karena tak lama kemudian datang seorang teman menjemput saya. Mba yang sudah lebih dulu sampai di Hotel Kartika Grha juga sudah mewanti-wanti saya untuk segera menyusulnya. Alhasil sayapun tak sempat mandi. Hanya mencuci muka, kaki, dan tangan saja.

Dalam perjalanan menuju Hotel Kartika Grha saya menyempatkan diri santap malam “sekenanya”. Sedari pagi itu perut belum terisi nasi, jadi bakso di Jalan Kawi menjadi pilihan santap malam saya. Setelah makan dengan cara cepat, saya menuju Jalan Jaksa Agung Suprapto, tempat Hotel Kartika Grha berada.

Pukul 21.00 saya sampai di Kartika Grha. Di atas gedung parkir hotel terpasang spanduk show KAHITNA malam nanti. Setelah memarkir motor dan mendapat kartu parkir hotel dengan nomor 13, saya berjalan menuju lobi Hotel bintang 4 tersebut. Masih semeter jaraknya, tapi pintu kaca sudah terbuka dan bergeser membuka jalan bagi saya masuk ke dalam, menginjakkan kaki di lantai marmer.

Tanpa melapor ke pihak keamanan dan resepsionis, saya dan mba Novi menuju lobi hotel. Dari luar saya melihat ada beberapa orang yang tengah duduk di sofa. Ada mba Nurul beserta suaminya Mas Anggun, juga ada saudara mereka Melani dan seorang balita bernama Ara. Setelah bertegur sapa dan bersalaman kami duduk bersama di atas sofa yang menghadap ruang makan di samping lobi. Ruang makan itu lantainya 2 meter lebih tinggi dibanding lantai lobi tempat kami menunggu. Oh ya di dalam lobi itu ada satu set piano yang boleh dimainkan siapa saja.

Karena jarak lobi dan tempat makan yang begitu dekat dan terbuka, maka kami bisa melihat beberapa awak KAHITNA sedang santap malam. Ada beberapa crew, manager hingga personel KAHITNA sedang duduk membelakangi kami. Tak lama menunggu, Mang Anwar dan mas Carlo (vokalis KAHITNA) turun dan menghampiri kami di lobi. Setelah saling menyapa, mas Carlo tanpa keberatan meladeni permintaan foto dari teman-teman. Saya ?? As usual, di manapun, acara apapun tetep jadi tukang foto gratis >.<. Sesi foto-foto selesai, kami pun berbincang-bincang bersama Mas Carlo dan Mamang. Oh iya, malam itu di lobi selain saya, ada juga teman soulmateKAHITNA yang datang dari Surabaya, Madiun dan sekitarnya. Setelah mba Jayanti dkk menyusul bergabung, jumlah kami menjadi sekitar 10 orang.

Mas Bedi (manager KAHITNA) ikut bergabung, dengan bercelana pendek motif warna-warni dan berkaus hitam, dan tak lupa masih dengan perut gendutnya...(^^V). Tak lama kemudian, dengan sama ramahnya kang Budi (Drummer KAHITNA) menyusul, juga dengan kaus hitam dan balutan kain menutup kepalanya.

Perbincangan pun berlanjut secara berkelompok. Ada yang dengan Mamang, ada yang bersama Kang Budi dan mas Bedi, ada juga yang masih dengan mas Carlo. Saya sendiri sempat berbincang sebentar dengan mas Bedi. Obrolan seputar mengapa KAHITNA tak lagi datang ke Jogja sejak 2008. Lalu ada komentar menarik dari mas Bedi saat saya menyebut show KAHITNA di JEC Jogja 2008 silam. Mas Bedi rupanya “ingat” dengan “terkesan” dengan show waktu itu. Dia bertanya ke saya : “oh, yang sepi itu ya ??”. ($#$(^(#@&( >.<). Rupanya saking sepinya show KAHITNA di Jogja waktu itu hingga buat mas Bedi susah lupa...^.^”.

Jelang pukul 10 malam mas Carlo pamit ke kamarnya untuk istirahat diikuti kang Budi. Hanya mas Bedi dan Mang Anwar yang masih menemani kami sebelum akhirnya mereka pun pamit.

Tinggalah kami bersembilan yang masih di lobi. Sementara pertunjukkan KAHITNA baru akan dimulai pukul 12 malam, maka kami pun hanya duduk-duduk di lobi sambil berbagi cerita. Dan saya mengambil waktu untuk meluruskan kaki yang sudah 11 jam kaku di dalam mobil dari Jogja menuju Malang !!!!.

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk