Pemilu sudah di depan mata. Kurang dari sebulan lagi masyarakat Indonesia akan mempertaruhkan suaranya untuk memilih pemimpin negara dan wakil-wakil rakyat. Seperti yang sudah-sudah, pesta demokrasi 5 tahunan ini selalu memunculkan "kemeriahan" tersendiri. Semua ruang di negeri ini hampir tak ada yang terlewat dengan kibaran aneka bendera warna-warni. Belum lagi spanduk, baliho hingga billboard yang berserakan di mana-mana. Semua menjadi tampak meriah, seolah ini benar-benar "pesta rakyat". Padahal seperti yang sudah-sudah, pemilu hanya melahirkan segerombolan wakil rakyat dan para pemimpin yang tak amanah. Semoga kali ini pesta benar-benar berujung bahagia, bukan susah.
Selama ini kita mengenal “hukum media” yang berbunyi “Bad News is a Good News”. Itu semacam sindiran atau ungkapan ironi tentang pola pemberitaan media masa kini yang kerap berlebihan dalam menyampaikan informasi dan berita seputar bencana. Youtube (dok. pri). Kita tahu bencana adalah kejadian buruk yang mestinya direspon dengan bersimpati, berempati, atau kalau perlu menyampaikan solusi dan bantuan yang nyata meringankan. Namun, bagi media kejadian bencana seolah menjadi kesempatan emas. Alasannya karena masyarakat kita suka dengan informasi seputar bencana. Maka setiap ada bencana atau peristiwa yang memilukan, kisah-kisahnya selalu menyedot perhatian masyarakat secara luas. Media lalu memberitakannya dengan porsi yang besar. Informasi diobral, termasuk informasi-informasi yang tak jelas ikut dilempar ke publik dengan label berita. Segala aspek dikulik dengan dalih “sudut pandang media”. Padahal hal-hal tersebut mungkin tak pantas diberitakan. Semakin parah komentator “palugada” jadi
Komentar
Posting Komentar