Langsung ke konten utama

Seru! Agustusan Bersama Ikan dan Lumpur




Pernah ikut lomba menangkap ikan?. Saya sih belum dan nggak tertarik ikut. Selain karena tak makan ikan air tawar, saya juga  tak bisa menangkap ikan. Tapi saya tahu kalau lomba menangkap ikan, apalagi di tengah kolam adalah keseruan yang menghibur. Seperti yang saya saksikan di lomba Agustusan HUT RI ke-70 tahun ini.

Di sebuah kolam puluhan warga mengikuti lomba yang diadakan gratis. Warga antusias karena berapapun ikan yang berhasil ditangkap akan menjadi milik mereka dan bisa dibawa pulang secara cuma-cuma.



Puluhan kilogram ikan bawal dan lele ditebar secara bertahap oleh panitia ke kolam berukuran sekitar 8x3 meter. Setelah aba-aba diberikan peserta pun serentak menceburkan diri ke dalam kolam. Air kolam yang awalnya jernih seketika berubah menjadi coklat pekat bercampur lumpur.

Kelompok anak-anak mendapat giliran pertama. Selama 1 jam mereka diberi kesempatan berlomba menangkap sebanyak mungkin ikan dengan tangan mereka. 


Aksi anak-anak berebut menangkap ikan di dalam kolam berlangsung seru dan penuh kelucuan. Banyak di antara mereka yang terlihat hanya ingin bermain air dengan berenang dan berendam. Namun tak sedikit pula yang bersemangat memburu ikan di dalam kolam. Saling rebut dan lari kolam pun tak terhindarkan. Beberapa anak berulang kali terjatuh hingga setengah tenggelam. Air bercampur lumpur pun terpercik ke segala arah termasuk mengenai wajah mereka.





Keseruan bertambah setelah kelompok ibu-ibu diizinkan masuk dan berbaur dengan anak-anak. Tak terlihat rasa segan atau canggung dari para ibu. Totalitas ibu-ibu berebut ikan dengan anak-anak membuat lomba semakin seru. Apalagi di pinggir kolam panitia terus menambahkan ikan ke dalam kolam saat jumlah ikan yang berhasil ditangkap sudah semakin banyak. Di saat itu pula anak-anak dan para ibu menyerbu ke arah ikan dilemparkan.



 
Puncak keseruan lomba terjadi ketika sejumlah bapak tiba-tiba menceburkan diri ke kolam meski belum ada aba-aba dari panitia. Hal itupun segera diikuti oleh bapak-bapak lain yang dalam sekejap sudah memenuhi kolam. Panitia pun tak bisa berbuat apa-apa. Lomba tetap dilanjutkan. Puluhan orang tua dan anak-anak itupun beradu menangkap ikan.


Di akhir lomba semua warga merasa senang. Hampir semua peserta pulang dengan membawa ember dan plastik berisi ikan. Ada yang hanya beruntung mendapat 1 ekor ikan, namun ada juga yang berhasil membawa pulang 18 ekor ikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk

SUPERSEMAR, Kudeta Paling Canggih dan Keji oleh Soeharto

Runtuhnya orde baru pada 1998 telah membuka gerbang penelusuran sejarah Indonesia secara lebih terang. Pengungkapan fakta sejarah yang selama puluhan tahun ditutupi dan dimanipulasi oleh Soeharto gencar dilakukan. Para sejarawan, peneliti, saksi sejarah , hingga media bekerja keras meluruskan narasi sejarah yang sebelumnya dikuasai dan dikendalikan oleh rezim orde baru yang otoriter. Sampul depan "Supersemar" yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (dok. pri). Salah satu peristiwa penting yang terungkap secara lebih terang ialah Surat Perintah Sebelas Maret 1966 atau “Supersemar”. Walau beberapa hal tentang Supersemar masih menjadi misteri, fakta-fakta Supersemar kini terangkai dalam narasi yang lebih mendekati sebenarnya dibanding narasi versi orde baru. Malam 11 Maret Memanfaatkan kecerdikannya sebagai ahli strategi militer, Soeharto merancang kudeta paling canggih dan keji. Ia diyakini mulai menjalankan strategi kudeta lewat peristiwa G30S-PKI. Penelusuran sejarah pasca orde