Langsung ke konten utama

Melancong ke Hutan Pinus Limpakuwus di Lereng Selatan Gunung Slamet


Di Lereng Selatan Gunung Slamet terdapat sebuah tempat menarik yang sejak setahun terakhir dikunjungi banyak orang. Hutan Pinus Limpakuwus namanya.
Berjalan-jalan di Hutan Pinus Limpakuwus (dok. pri).
Hutan Pinus Limpakuwus berada di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Jaraknya sekitar 15 km dari pusat kota Purwokerto dan tak jauh dari wanawisata Baturraden yang tersohor. Bahkan, bisa dibilang masihberada di kawasan Baturraden.

Untuk menuju ke hutan ini perjalanan bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Dari pusat kota Purwokerto ruas jalan yang dilewati cukup mulus melalui rute yang sama seperti rute menuju Baturraden. Oleh karena itu, kondisi lalu lintasnya cukup padat. Terutama saat mendekati gerbang masuk Baturraden. Banyak wisatawan yang menjadikan kawasan Baturraden sebagai tempat rekreasi mengisi libur lebaran.

Dari depan pintu gerbang Baturraden kendaraan berbelok  ke kanan untuk terus melaju melintasi jalanan agak menanjak. Perjalanan semakin asyik saat jendela mobil dibuka karena hawa segar segera menyergap. Sejauh mata memandang terlihat bentang alam yang menghijau. Di antara pepohonan terlihat area lapang berupa peternakan sapi perah dan padang rumput.
Hutan Pinus Limpakuwus (dok. pri).
Area parkir Hutan Pinus Limpakuwus dan warung-warung penjual makanan serta minuman (dok. pri).
Setelah 1 km, barulah tiba di pintu masuk Limpakuwus. Untuk masuk setiap pengunjung dikenakan tiket Rp13.000. Biaya tambahan untuk parkir dikenakan kepada pengunjung yang membawa mobil yakni Rp5000 per mobil. Sedangkan parkir sepeda motor digratiskan.

Setelah membayar tiket, kendaraan masih perlu melaju menuju area parkir yang berjarak sekitar 500 meter dari pintu masuk. Area parkir Limpakuwus cukup memadai. Petugas mengatur setiap kendaraan yang keluar masuk dengan baik. 
Jembatan di Hutan Pinus Limpakuwus (dok. pri).
Jembatan bambu di Hutan Pinus Limpakuwus (dok. pri).
Beberapa warung penjual makanan dan minuman berjejer di sekitar area parkir. Pengunjung yang ingin menambah bekal makanan atau minuman sebaiknya membelinya di warung-warung ini karena di area hutan tidak ada penjual. Paling direkomendasikan adalah memesan mendoan panas yang sangat pas disantap di tengah hawa sejuk Limpakuwus.

Meski tiba pukul sebelas siang, udara dan suasana di Hutan Pinus Limpakuwus tetap sejuk. Apalagi hutan ini berada di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. 
Hutan Pinus Limpakuwus (dok. pri).
Pengunjung berjalan-jalan di dalam hutan (dok. pri).
Menikmati Hutan Pinus Limpakuwus berarti menjelalahi sudut-sudut hutan yang ditumbuhi pohon pinus berusia rata-rata 30 tahun. Semilir angin dan kesegaran yang melingkupi segala penjuru hutan menjadi semacam sapaan selamat datang yang menyenangkan. 

Dari lokasi parkir kendaraan, sebuah jembatan kayu perlu dilalui untuk tiba di kawasan hutan pinus.  Di dalam hutan pun masih ada sebuah jembatan bambu yang dibangun di atas ceruk yang agak dalam.
Hutan Pinus Limpakuwus (dok. pri).
Lantai hutan yang segar (dok. pri).
Sementara kaki terus melangkah menjelajahi hutan, mata disuguhi pemandangan yang indah. Hijau pepohonan menyegarkan setiap mata yang memandang.

Pohon-pohon pinus tumbuh tegak. Batangnya menjulang dengan retakan-retakan kulitnya yang tua. Deretan pepohonan itu meski tersebar namun memperlihatkan keteraturan yang menarik. Sedangkan tajuk-tajuknya membentuk kanopi yang menaungi lantai hutan. Tanaman herba rendah tumbuh rapat dengan bunga-bunga bermekaran membentuk pemandangan lantai hutan yang cantik.

Agak berada di tengah hutan, ada wahana flying fox yang bisa dicoba untuk menantang adrenalin. Sementara di tepian hutan terdapat area terbuka yang disediakan bagi pengunjung yang ingin menjajal kemampuan menunggang All Terrain Vehichle (ATV). 

Terdapat juga sejumlah spot unik untuk berfoto atau swafoto. Beberapa spot dijaga oleh petugas dan pengunjung yang ingin memanfaatkannya harus membayar biaya tambahan di luar harga tiket masuk. Akan tetapi secara umum tanpa harus mendatangi spot-spot unik tersebut, kawasan Hutan Pinus Limpakuwus sebenarnya sudah cukup menarik untuk bernasis ria. 
Merenda kasih menikmati suasana Hutan Pinus Limpakuwus (dok. pri).
Hal yang menyenangkan lainnya adalah Hutan Pinus Limpakuwus tidak seramai wanawisata Baturraden sehingga lebih nyaman untuk bersantai. Setelah lelah berjalan-jalan, kita bisa memanfaatkan beberapa area di dalam hutan untuk beristirahat.Duduk atau merebahkan diri di atas tikar bisa menjadi cara untuk memanjakan diri di dalam Hutan Pinus Limpakuwus. Bila menghendaki cara yang sedikit berbeda tinggal menyewa hammock.

Sejenak terlelap di Hutan Pinus Limpakuwus terasa sangat nikmat. Angin yang sesekali berhembus lebih kencang di dalam hutan membuat kulit seperti ditampar oleh hawa sejuk yang melenakan. Rasakan sensasi kesejukan yang menyentuh kulit. Hirup dalam-dalam udara yang disemburkan oleh pepohonan di dalam hutan. Biarkan tubuh memetik oksigen sepuasnya sampai segala lelah dan penat hilang. 

Sejak dibuka untuk umum pada Desember 2018 hutan ini menjadi salah satu destinasi wisata baru yang memikat di kawasan Baturraden. Seorang petugas pengelola yang berjaga di salah satu spot swafoto mengatakan Hutan Pinus Limpakuwus dikunjungi rata-rata 8000 orang pelancong perbulan. Jumlah pengunjung meningkat di akhir pekan dan di masa liburan seperti lebaran.
Hutan Pinus Limpakuwus (dok. pri).
Tempat yang indah dan asri, hawa sejuk yang mendukung, ditambah lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat kota. Hutan Pinus Limpakuwus memang mengasyikkan sebagai tempat berekreasi sekaligus menepi. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk