Bagi masyarakat Hindu, Ogoh-ogoh tak hanya memiliki nilai estetika dan hiburan. Fungsi utama
Ogoh-ogoh adalah sebagai sarana religi dan budaya. Ogoh-ogoh yang berwujud
raksasa adalah simbol dari Bhuta kala atau angkara murka yang jahat. Kirab atau
arak-arak-arakan ogoh-ogoh adalah perlambang menangnya kebaikan dan sifat baik
melawan kejahatan dan sifat buruk. Usai diarak ogoh-ogoh biasanya dibakar
dan dihancurkan. Hal itu mengandung makna musnahnya roh Bhuta kala yang
disertai dengan lenyapnya sifat jahat dari dalam diri setiap manusia.
Selama ini kita mengenal “hukum media” yang berbunyi “Bad News is a Good News”. Itu semacam sindiran atau ungkapan ironi tentang pola pemberitaan media masa kini yang kerap berlebihan dalam menyampaikan informasi dan berita seputar bencana. Youtube (dok. pri). Kita tahu bencana adalah kejadian buruk yang mestinya direspon dengan bersimpati, berempati, atau kalau perlu menyampaikan solusi dan bantuan yang nyata meringankan. Namun, bagi media kejadian bencana seolah menjadi kesempatan emas. Alasannya karena masyarakat kita suka dengan informasi seputar bencana. Maka setiap ada bencana atau peristiwa yang memilukan, kisah-kisahnya selalu menyedot perhatian masyarakat secara luas. Media lalu memberitakannya dengan porsi yang besar. Informasi diobral, termasuk informasi-informasi yang tak jelas ikut dilempar ke publik dengan label berita. Segala aspek dikulik dengan dalih “sudut pandang media”. Padahal hal-hal tersebut mungkin tak pantas diberitakan. Semakin parah komentator “palugada” jadi
Kalau melihat wujud ogoh-ogoh itu saya merasa seperti melihat wujud para dhemit yang kasat mata...
BalasHapus