Dalam hidup pasti selalu ada hal yang ingin kita sesali untuk beragam alasan. Itu hal yang manusiawi. Penyesalan datang karena manusia mampu menilai dan mengevaluasi apa yang sudah terlewati, apa yang telah terjadi. Tapi sepanjang itu pula selalu satu alasan yang sama untuk tidak menyesali apa yang sudah terjadi. Yaitu, jika sudah melewatinya dengan kebaikan yang tertinggal, tak ada yang harus kita sesali.
Selama ini kita mengenal “hukum media” yang berbunyi “Bad News is a Good News”. Itu semacam sindiran atau ungkapan ironi tentang pola pemberitaan media masa kini yang kerap berlebihan dalam menyampaikan informasi dan berita seputar bencana. Youtube (dok. pri). Kita tahu bencana adalah kejadian buruk yang mestinya direspon dengan bersimpati, berempati, atau kalau perlu menyampaikan solusi dan bantuan yang nyata meringankan. Namun, bagi media kejadian bencana seolah menjadi kesempatan emas. Alasannya karena masyarakat kita suka dengan informasi seputar bencana. Maka setiap ada bencana atau peristiwa yang memilukan, kisah-kisahnya selalu menyedot perhatian masyarakat secara luas. Media lalu memberitakannya dengan porsi yang besar. Informasi diobral, termasuk informasi-informasi yang tak jelas ikut dilempar ke publik dengan label berita. Segala aspek dikulik dengan dalih “sudut pandang media”. Padahal hal-hal tersebut mungkin tak pantas diberitakan. Semakin parah komentator “palugada” jadi
yang peting segala sesuatu yg kita lakukan harus kita lakukan dengan percaya diri agar tidak ada penyesalan, ya kalau pun ada rasa sesal ya cuma sedikit, hehehe
BalasHapus