Kebun Raya di Minahasa Tenggara yang akan diberi nama "Megawati Soekarnoputri" (dok. pri). |
Jumat (1/4/2016) siang itu untuk pertama
kalinya saya menginjak tempat ini. Sebuah kebun raya di Desa Ratatotok,
Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara.
Pohon-pohon besar menjulang tinggi dan semak tumbuh rapat di berbagai sudut
hutan. Herba rendah terlihat menutupi lantai hutan. Seresah yang berserakan dan
tanah yang gembur menandakan ada produksi humus. Tak hanya subur untuk
tumbuhan, humus juga baik bagi organisme saprofit dan organisme lainnya. Sementara
di beberapa lokasi tutupan tumbuhan masih jarang, tanda suksesi masih
berlangsung.
Hal yang membuat saya takjub saat berjalan di
bawah tutupan hutannya adalah sejarah tempat ini yang ternyata bekas tembang
emas. Vegetasi yang rapat dan kanopi yang teduh memayungi membuat mata tak lagi
bisa menandai jejak fasilitas tambang yang pernah berdiri.
Memasuki kebun raya Megawati Soekarnoputri menggunakan mobil jeep yang telah dimodifikasi (dok. pri). |
Ide melahirkan kebun raya ini memang
dicetuskan pada 2009 dengan harapan hutan hasil reklamasi yang dilakukan oleh
PT. Newmont Minahasa Raya (PTNMR) dapat terus terjaga. Selain itu juga untuk
memaksimalkan fungsinya sebagai penyangga lingkungan di sekitarnya. Kementerian
Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) kemudian menyetujui dan menetapkannya
sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) - Kebun Raya melalui SK
Menteri No. 175/Menhut/2014 pada 19 Februari 2014. Ini merupakan yang pertama
di dunia sebuah kebun raya berdiri di bekas tambang emas.
Sejak saat itu keberadaan kebun raya memasuki
babak baru dan menjadi bagian dalam Road Map Pembangunan Kebun Raya Non
Perkotaan Tahun 2015 – 2019 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(KemenPUPR) bekerja sama dengan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor,
LIPI. Pemerintah daerah dan provinsi juga dilibatkan dalam proses
pengembangannya.
Lantai hutan di kebun raya yang dipenuhi seresah menunjang kesuburan tanahnya (dok. pri). |
Pepohonan di hutan kebun raya yang merupakan hasil penghijauan di bekas tambang emas (dok. pri). |
Tak terlihat lagi bekas fasilitas tambang emas PTNMR karena areanya sudah berubah menjadi hutan yang subur (dok. pri). |
Saat ini Kebun raya ini belum memiliki nama resmi
sehingga masih disebut dengan Kebun Raya Minahasa atau Kebun Raya Ratatotok.
Namun, berdasarkan Perda Kabupaten Minahasa Tenggara No. 3 Tahun 2015, kebun
raya ini akan menyandang nama “Megawati Soekarnoputri” sebagai penghargaan
kepada Presiden Indonesia ke-5 tersebut yang juga Ketua Pembina Yayasan Kebun
Raya Indonesia.
Kebun raya Megawati memiliki luas 221 hektar.
Sebagian besar areanya adalah hutan hasil reklamasi dan penghijauan yang
dilakukan PTNMR sejak 1996. Kemudian ada hutan produksi terbatas, hutan
sekunder, dan area penggunaan lainnya. Badan air seluas 6,4 hektar juga
terdapat di sana. Salah satunya berupa cekungan danau yang terbentuk dari bekas
lubang tambang. Dari kejauhan air danaunya terlihat berwarna biru kehijauan.
Menurut informasi ada beberapa jenis ikan yang hidup di dalamnya.
Hingga kini pengembangan kebun raya terus
dilakukan. Setelah penyusunan master plan oleh LIPI, pembangunan
sejumlah fasilitas penunjang akan kembali dilanjutkan oleh pemerintah pusat
pada awal 2017 dengan menggunakan dana APBN. Diperkirakan butuh waktu 5 sampai 7
tahun untuk membangun infrastuktur utama. Saat resmi beroperasi nanti kebun
raya ini akan memiliki gedung pengelola, gedung serba guna, museum, restoran,
pusat informasi, dan beberapa fasilitas penunjang penelitian. Jalan dan akses
masuk juga akan terus dibangun di sekitar kebun raya.
Kebun Raya Megawati di Minahasa Tenggara yang sedang dikembangkan dengan dana APBN (sumber: Materi Sosialisasi Master Plan LIPI - PTNMR). |
Kebun Raya Megawati Soekarnoputri akan dilengkapi fasilitas penunjang penelitian dan rekreasi (sumber: Materi Sosialisasi Master Plan LIPI - PTNMR). |
Keberadaan kebun raya di Ratatotok pantas disyukuri
karena menjadi investasi lingkungan yang
sangat berharga untuk masa depan. Pembangunan Kebun Raya Megawati Soekarnoputri
menandakan masih ada ikhtiar yang dilakukan bangsa ini untuk memulihkan
paru-paru buminya yang sakit akibat deforestasi.
Geliat pembangunan oleh pemerintah memang
sudah semestinya disertai juga dengan upaya terus menerus untuk menjaga
kelestarian alam. Apalagi, dalam beberapa tahun
terakhir Indonesia sudah kehilangan banyak hutan dan kawasan alam. Data
Kementerian Kehutanan menunjukkan laju kehancuran hutan di Indonesia sejak 1996
rata-rata sebesar 2 juta hektar/tahun dan mencapai puncaknya dengan rekor
mengerikan 3,5 juta hektar/tahun. Meski saat ini deforestasi berhasil diturunkan menjadi “hanya" sekitar
400 ribu hektar/tahun, namun Indonesia terlanjur kehilangan lebih dari separuh
luas hutannya. Pada saat yang sama pemulihan melalui penghijauan tidak secepat
dengan laju kehilangan yang terjadi. Oleh karena itu, keberadaan kebun raya ini
membawa harapan yang sangat berarti dalam upaya melestarikan hutan dan
memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Indonesia.
Danau di Kebun Raya Megawati Soekarnoputri yang merupakan bekas lubang tambang emas (dok. pri). |
Selain mendukung upaya
konservasi dan pelestarian, kebun raya Megawati juga akan menjadi tempat
penelitian dan pendidikan. Kebun raya ini adalah menjadi laboratorium alam yang
baik untuk mempelajari proses suksesi lahan dan hutan yang sebelumnya
dieksploitasi menjadi kawasan yang berhasil dipulihkan. Karakteristik habitat
yang menyusun ekosistem hutannya juga menarik untuk dipelajari. Apalagi, kebun
raya ini akan dilengkapi fasilitas penelitian seperti Orchidarium dan herbarium
untuk menyimpan koleksi awetan tumbuhan.
Berada di antara kawasan
Indonesia barat dan timur, Kebun Raya Megawati akan menjadi istana untuk
mempelajari keanekaragaman hayati. Hewan dan tumbuhan yang hidup di kebun raya
ini cukup beragam dan unik. Menurut hasil penelitian tak kurang ada 86
spesies tumbuhan di tempat ini, termasuk
spesies eksotik sepertiAglaonema dan Anggrek. Sekitar
73 spesies burung, beberapa spesies serangga, dan mamalia, termasuk hewan khas Tarsius
spectrum juga ditemukan di dalam hutan kebun raya.
Manfaat lain yang diharapkan dari pembangunan
Kebun Raya Megawati Soekarnoputri adalah terciptanya peluang-peluang ekonomi
baru bagi daerah dan masyarakat setempat karena kebun raya ini juga akan
menjadi tempat wisata. Selain itu, sekitar 45,8 hektar area di kebun raya akan
dimanfaatkan sebagai kebun campuran dan beberapa area di sekitarnya sebagai
hutan tanaman rakyat.
Akan tetapi pembangunan Kebun Raya Megawati
Soekarnoputri masih menyisakan satu tantangan besar. Kegiatan pertambangan emas
tradisional banyak dilakukan di sekitar area kebun raya. Setiap hari para
penambang emas hilir mudik mengangkut karung berisi tanah dan batuan yang akan
diolah di puluhan bangunan semi permanen tak jauh dari lokasi kebun raya.
Pertambangan emas tradisional di Ratatotok
telah berlangsung sejak lama. Ketika perusahaan tambang berskala besar berhenti
beroperasi, para penambang tradisional terus menggali. Faktor ekonomi menjadi
pemicu utamanya sehingga menambang emas dianggap sebagai cara cepat untuk
mendapatkan uang. Menurut informasi dari
sopir lokal yang mengantarkan saya menuju kebun raya, dalam sehari pertambangan
emas tradisional di Ratatotok mampu mendulang hingga 100 gram emas mentah.
Tempat pengolahan tambang emas tradisional yang berada tak jauh dari area Kebun Raya Megawati Soekarnoputri (dok. pri). |
Tak jelas apakah pertambangan emas
tradisional tersebut ilegal atau “direstui" pemerintah daerah.
Keberadaanya yang telanjang di depan mata seakan sengaja dibiarkan. Kolam-kolam
penampungan air serta limbah pengolahan batuan tambang dibiarkan terbuka dan
menyatu dengan lahan-lahan di sekitarnya. Sungguh
ironis jika ada kebun raya, tapi lingkungan di sekitarnya rusak dan tercemar.
Harapan kini sedang bersemi di tanah
Sulawesi. Jantung alam pun terus berdetak di Ratatotok. Semoga keberadaan Kebun
Raya Minahasa atau Kebun Raya Megawati Soekarnoputri mampu memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi lingkungan hidup serta masyarakat.
Ikhtiar lestari sedang diupayakan di tanah Sulawesi melalui Kebun Raya Megawati Soekarnoputri (dok. pri). |
Komentar
Posting Komentar