Langsung ke konten utama

Ramadan dan "Demam Cashback"


Bulan Ramadan di Indonesia selalu disertai fenomena-fenomena. Pasar kaget, penjual dadakan, dan buka bersama alias “bukber" adalah sedikit contoh fenomena Ramadan yang selalu berulang dari tahun ke tahun. Tentu masih banyak lagi fenomena dan kebiasaan yang muncul setiap kali Ramadan tiba.
Cashback! (dok. pri).

Tahun ini sebuah fenomena baru tampak dominan mewarnai Ramadan. Seiring tren transaksi pembayaran digital dengan uang elektronik seperti Go-Pay dan OVO, “cashback” menjadi kosakata yang sangat dikenal saat ini, terutama oleh kaum milenial.

Walau cashback juga populer dalam dunia belanja daring, tapi Go-Pay dan OVO telah membuat “cashback” menjadi fenomena tersendiri. Orang-orang sekarang menganggap “cashback” jauh lebih berharga dibanding diskon. Padahal, diskon dan “cashback“ pada prinsipnya tak jauh berbeda, yaitu pengurangan jumlah atau harga yang harus dibayarkan.

Program “cashback” yang digelontorkan oleh Go-Pay dan OVO secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu berhasil mengubah “cashback” menjadi mantra yang sangat bertenaga. Hari ini kita menjumpai orang-orang lebih gembira melihat tulisan “cashback” dibanding “sale” atau “harga murah”. Agak sulit dimengerti memang, tapi faktanya demikian.
"Demam cashback" (dok. pri).
Bagi banyak orang “cashback” telah menjadi salah satu faktor penentu ketika memutuskan: kapan sebaiknya belanja, di mana sebaiknya jajan, dan apa saja yang bisa dibeli. Semua itu kini melibatkan pertimbangan “cashback”.

Tulisan “cashback” pada halaman muka aplikasi belanja daring dan pada kaca depan kedai makanan atau minuman mampu menyentuh dan bahkan memanipulasi relung psikologis konsumen. Sampai di sini, mesin konsumerisme tampaknya telah menemukan bahan bakar penggerak terbaiknya.
Cashback dari Go-Pay (dok. pri).
Kembali ke soal fenomena selama Ramadan. Bulan Ramadan kali ini seakan menjadi bulan “aji mumpung” bagi Go-Pay dan OVO untuk menguasai dan merebut pasar. Program “cashback” dari Go-Pay dan OVO tak mengenal jeda selama Ramadan dan dijumpai di banyak tempat dan daerah. Go-Pay sebenarnya sudah lebih dulu secara berkala mengumbar “cashback” lewat program “Gopaypayday”.

Misi Go-Pay dan OVO bertemu dengan kebutuhan serta perilaku konsumen selama Ramadan. Hasilnya adalah apa yang disebut sebagai “demam cashback”.

Tak dipungkiri saya termasuk yang merasakan efek dan keuntungan dari “demam cashback” selama Ramadan. Dari hari pertama Ramadan sampai hari ini sudah sebelas kali saya bertransaksi menggunakan dompet digital uang elektronik. Baik untuk berbelanja kebutuhan di supermarket, belanja di situs daring, membayar ongkos di bengkel, dan membeli makanan serta minuman berbuka puasa. Dari sebelas transaksi tersebut, enam di antaranya saya mendapatkan “cashback”.
Alat EDC Go-Pay, salah satu mesin "demam cashback" (dok.pri).

“Demam cashback” pada Ramadan tahun ini mungkin menjadi awal dari fenomena baru yang bakal berulang pada setiap Ramadan berikutnya. 
Jangan heran jika kelak kita akan merasakan bahwa yang paling dinanti masyarakat dari puasa Ramadan bukan lagi pasar kaget atau buka bersama, tapi “cashback”.

Jadi, sudah berapa banyak "cashback" yang kamu kumpulkan selama puasa ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk