Langsung ke konten utama

Pandji Pragiwaksono dan Obsesinya Menjadi Juru Bicara FPI

 

Pandji Pragiwaksono (foto: kompas.com).

Menjadi juru bicara merupakan salah satu obsesi terbesar Pandji Pragiwaksono. Bahkan pada sebuah kesempatan ia mengaku menyimpan angan dan cita-cita sebagai juru bicara presiden.

Tentu saja itu bukan angan yang berlebihan. Sebab jika kelak Pak Anies Baswedan berhasil menjadi RI1, Bang Pandji pastilah salah satu kandidat utama juru bicara presiden. Apalagi Bang Pandji sudah memiliki portofolio sebagai juru bicara dan juru kampanye Pak Anies ketika pilkada DKI pada 2017 silam.

Hasrat sebagai juru bicara juga terpancar dalam buku “Juru Bicara” yang ditulis Bang Pandji beberapa tahun silam. Selain judul buku, Bang Pandji juga menjadikan “Juru Bicara” sebagai nama tur pentas stand up comedy yang diselenggarakannya di sejumlah kota hingga mancanegara.

Artinya, menjadi seorang juru bicara merupakan passion terbesar Bang Pandji. Menjadi penyambung lidah merupakan hasrat yang ditanamkannya secara kuat sampai ke relung jiwa.

Maka dari itu, tak terlalu mengherankan saat tiada angin tiada hujan Bang Pandji tiba-tiba mengagungkan-agungkan FPI, ormas terlarang yang baru saja dibubarkan pemerintah. Kita bisa memaknai itu sebagai upaya Bang Pandji menyalurkan passionnya sebagai juru bicara sekaligus penyeru.

FPI yang berganti rupa dan nama menjadi Front Persaudaraan Islam kini sedang dalam tahap konsolidasi. Para petinggi dan tokoh eks FPI tengah menata dan merancang strategi agar ormas baru bisa lebih berkibar dan populer dibanding FPI lama yang sudah almarhum.

Untuk itu FPI Reborn pasti membutuhkan figur-figur yang mampu mendukung eksistensi organisasi. Pada posisi-posisi kunci yang strategis, seperti juru bicara, FPI Reborn atau Front Persaudaraan Islam perlu nama-nama populer yang memiliki pengikut dan pengaruh luas sebagai penyeru.

Namun, pencarian figur tersebut tidak dilakukan secara terbuka dan frontal. Semacam scouting atau audisi bisa dilakukan melalui berbagai cara.

Agar mirip dengan pencarian bakat, audisi Juru Bicara FPI Reborn mungkin saja diselenggarakan. Caranya dengan mempersilakan orang-orang yang berminat untuk melamar dengan cara kreatif. Misalnya muncul di media membincangkan FPI. Sejauh mana efektivitas isu yang diangkat mampu menyedot perhatian publik dan narasi yang disampaikannya mampu mendukung daya gedor FPI Reborn akan menjadi penilaian utama kandidat juru bicara FPI Reborn.

Bang Pandji yang memang memiliki passion dan mimpi menjadi juru bicara melihat peluang tersebut. Ia menjadi tertantang untuk ikut audisi. Paling tidak jika bisa menjadi juru bicara FPI Reborn maka konten portofolio dan CV nya akan bertambah. Pada gilirannya nanti itu akan meningkatkan nilai dirinya sebagai kandidat Juru Bicara Presiden.

Maka tampilah ia lewat video dengan mengagungkan FPI sebagai ormas yang dermawan dan dekat dengan masyarakat yang sedang dirundung derita.

Tentu saja sah dan tidak masalah Bang Pandji memuji FPI dengan segala amalannya. Walau sebenarnya kita boleh merasa heran mengapa seorang Pandji bisa begitu naif.

Membandingkan amal perbuatan saja sudah sangat absurd. Apalagi melakukan komparasi amal perbuatan antara FPI dengan NU dan Muhammadiyah yang belum tentu ia pahami kiprahnya.

Dengan modal “katanya” dan mencuplik omongan orang lain, Bang Pandji secara jenius menarik kesimpulan yang luar biasa tajam. Ini sangat kontradiktif dengan citra Bang Pandji yang kita anggap suka membaca, memiliki wawasan luas, serta sering menganjurkan orang lain untuk berpikir secara mendalam.

Maka dari itu bisa diperkirakan bahwa motivasi Bang Pandji mungkin bukan untuk membandingkan antara FPI dengan Muhammadiyah dan NU. Melainkan sejak awal maksud Band Pandji hanya ingin memuji dan membangkitkan intensi publik terhadap FPI sebagai organisasi yang dikaguminya.

Lalu mengapa harus membawa-bawa Muhammadiyah dan NU jika maksud utama Bang Pandji hanya ingin mengagungkan FPI?

Tentu saja karena dengan membawa-bawa Muhammadiyah dan NU, pujian terhadap FPI akan menjadi lebih berbobot. Dibanding hanya sekadar memuji tanpa obyek pembanding, menyebut ormas lain yang selama ini berseberangan dengan FPI pasti akan memberikan nilai tambah bagi konten Bang Pandji dalam rangka audisi Juru Bicara FPI Reborn.

Dalam hal ini warga Muhammadiyah dan NU sebenarnya tak perlu marah. Dengan tidak marah akan membantu Bang Pandji belajar lebih dalam tentang perbedaan antara ormas yang suka marah-marah dengan yang ramah.

Soal perbandingan amal tak perlu dipusingkan oleh Muhammadiyah dan NU. Selain bukan ranah manusia untuk menilai timbangan amal, juga karena komparasi yang dilakukan Bang Pandji hanya mencerminkan kesempitan yang perlu dimaklumi.

Meski suka membaca, Bang Pandji mungkin belum sempat membuka referensi-referensi tentang kedua ormas terbesar di Indonesia tersebut. Sebagai artis Bang Pandji tentu sangat sibuk sehingga selama ini baru sempat membaca “1001 Keutamaan FPI”, “Habib Rizieq The Untold Story”, dan “Menjadi Pakar dan Pengamat Sukses Ala Rocky Gerung” yang merupakan buku-buku favoritnya.

Perihal Muhammadiyah dan NU yang dinilai terlalu elit dan tidak dekat dengan masyarakat juga tak usah terlalu dirisaukan. Mungkin yang dimaksud “tidak dekat dengan masyarakat” oleh Bang Pandji ialah Muhammadiyah dan NU yang tidak suka demo dan sweeping di tengah masyarakat.

Untuk membaca kiprah Muhammadiyah dan NU, seseorang sebenarnya tak perlu melongok sampai ke jantung organisasi atau sejarahnya. Cukup dengan kesediaan membuka mata lebih lebar serta keluasan hati serta pikiran untuk memahami, kita bisa menyimak bagaimana arti serta peran Muhammadiyah dan NU dalam realitas keindonesiaan.

Maka penilaian Bang Pandji tentang Muhammadiyah dan NU yang jauh dari masyarakat besar kemungkinan selain disebabkan oleh sempitnya pandangan, juga karena Bang Pandji “mainnya kurang jauh”. Barangkali lingkaran dan referensi tongkrongan Bang Pandji masih seputar Jakarta dan Petamburan sehingga Muhammadiyah dan NU hanya samar-samar diketahui olehnya.

Lebih dari itu, warga Muhammadiyah dan NU tak perlu tersinggung sebab andai Bang Pandji memang lebih cinta pada FPI, maka itu harus dipahami bersama. Seperti halnya jika seseorang lebih terikat pada Muhammadiyah atau lebih memilih menjadi jamaah NU. Begitu pula Bang Pandji yang mengidentifikasi dirinya lebih cocok dengan FPI. Soal cinta dan hati tak bisa dipaksakan.

Lagipula jika hasrat Bang Pandji sebagai juru bicara memang sedang bergelora dan membuatnya ingin menjadi juru bicara FPI Reborn, maka bisa kita maknai sebagai upaya seseorang yang ingin memperteguh cita-citanya.

Mungkin selama ini diam-diam Bang Pandji merasa bosan hanya menjadi juri audisi acara kompetisi. Sekarang ia ingin keluar dari zona nyaman dengan ikut audisi Juru Bicara FPI Reborn.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk