Langsung ke konten utama

Pelajaran dari Pasar: Menang Tanpa Mengalahkan

“Kekuatan manusia muncul dari kemampuannya memeriksa kelemahan diri sendiri. Dan untuk memecahkan masalah ia harus sanggup mengakui kesalahannya terlebih dahulu”


"Pasar" karya Kuntowijoyo (dok. pribadi).

Menjelang akhir masa pengabdiannya memimpin sebuah pasar, Pak Mantri harus menghadapi rentetan masalah dan ujian. Mula-mula pedagang pasar menolak membayar retribusi. Paijo, anak buah Pak Mantri yang bertugas menarik uang dari para pedagang semakin sering kembali dengan kantong kosong. Betapa pun usahanya berkeliling pasar dan memberi pemahaman kepada pedagang bahwa retribusi untuk kebaikan bersama, hanya penolakan yang diterimanya.


Para pedagang punya alasan mengapa mereka tak mau membayar retribusi lagi. Gerombolan burung dara yang sebagian bersarang di kantor Pak Mantri telah mencuri dan memakan dagangan-dagangan mereka. Di mata para pedagang, nilai dagangan yang dimakan oleh burung-burung dara setara dengan retribusi. Oleh karena itu, mereka tak sudi lagi membayar iuran kepada pasar.


Kekesalan para pedagang sebenarnya diketahui oleh Pak Mantri. Namun, ia menolak anggapan bahwa burung-burung dara yang menjadi biang keroknya. Dirinya merasa tersinggung karena ia menyayangi burung-burung dara tersebut. Beberapa burung dara bahkan diberi sangkar, makan dan minum setiap hari.


Bukan hanya para pedagang yang terganggu dengan keberadaan burung-burung dara di pasar. Siti Zaitun, pegawai bank pasar juga kesal karena burung-burung tersebut sering membuang kotoran di kantor tempatnya bekerja. Burung-burung membuat bank sepi karena semakin sedikit keuntungan yang didapat para pedagang, semakin jarang pula mereka menabung di bank.


Seperti para pedagang, Siti Zaitun pun berharap burung-burung dara itu dimusnahkan atau diusir dari pasar. Namun, Pak Mantri menolak usul tersebut. Ia tetap membiarkan burung-burung dara hidup dan beranak pinak di pasar. Dilarangnya orang memburu dan mengusir burung-burung dara di pasar.


Para pedagang terus menolak membayar retribusi. Akibatnya uang yang harus disetorkan ke pemerintah berkurang. Sialnya, Pak Mantri justru dituduh menggelapkan uang setoran.


Kemarahan Pak Mantri atas tuduhan korupsi semakin bertambah ketika para pedagang mulai berani memburu dan membunuh burung-burung dara. Bahkan, suatu hari Siti Zaitun juga terpaksa membunuh seekor burung dara yang mengotori kantornya. Burung dara itu kemudian digoreng dan diberikan kepada Pak Mantri dengan mengatakan kalau itu ayam goreng. 


Pak Mantri menyantapnya dengan senang hati. Ia merasa tersanjung karena Siti Zaitun memiliki perhatian terhadapnya. Namun, ketika tahu bahwa daging lezat yang telah habis disantapnya berasal dari burung dara di pasar, Pak Mantri merasa kecewa terhadap wanita yang dikaguminya tersebut. 


"Pasar" (dok. pribadi).

Masalah pembangkangan para pedagang dan perburuan burung dara belum usai, datang sebuah masalah baru. Kasan Ngali, orang terkaya di daerah tersebut membuat pasar tandingan yang tidak memungut bayaran. Beberapa pedagang pun berpindah ke pasar baru buatan Kasan Ngali.


Selain mendirikan pasar, Kasan Ngali juga membuka bank kredit yang memberikan pinjaman kepada para pedagang pasar. Kondisi ini membuat bank pasar tempat Siti Zaitun bekerja semakin sepi.


Menghadapi masalah-masalah pelik tersebut, Pak Mantri semakin bersikap keras dan meminta bantuan sejumlah pihak. Ia mengadukan pembangkangan para pedagang dan pasar tandingan buatan Kasan Ngali kepada Camat. Kepada polisi ia juga melaporkan orang-orang yang membunuh burung-burung dara.


Akan tetapi laporan-laporan tersebut seperti tak digubris. Pihak kecamatan hanya berjanji meninjau tanpa memberi keputusan yang tegas. Polisi pun sekadar menerima laporan tanpa tindak lanjut.


Di sisi lain Kasan Ngali berusaha memikat hati Siti Zaitun dengan mencoba menabung banyak uang di bank pasar. Namun, Siti Zaitun menolak uang tersebut dengan alasan bank pasar akan ditutup. Gelagat Kasan Ngali justru membuat Siti Zaitun menduga bahwa beberapa pedagang yang tiba-tiba menabung di bank sebenarnya adalah suruhan Kasan Ngali juga.


Perbuatan Kasan Ngali mendekati Siti Zaitun membuat Pak Mantri bertambah gelisah. Bermaksud melindungi Siti Zaitun sekaligus meramaikan kembali bank pasar, Pak Mantri menyiapkan penyuluhan kepada para pedagang tentang manfaat menabung dengan turut mengundang Pak Camat. Namun, acara penyuluhan gagal karena Pak Camat yang ditunggu tidak muncul di pasar.


Rentetan masalah yang seolah tak henti membuat Pak Mantri akhirnya merenung. Dicobanya berpikir dalam-dalam tentang apa yang terjadi di pasar dan menimpa dirinya. Ia berusaha memetik pelajaran.


Sebuah kebeningan pikiran ia dapatkan dan keputusan pun diambil. Pak Mantri menyuruh Paijo untuk memberi tahu para pedagang pasar bahwa kali ini burung-burung dara boleh ditangkap dan dipelihara oleh siapa pun. Cara tersebut ditempuh untuk mengurangi populasi burung dara sekaligus menarik simpati para pedagang pasar. 


Sayangnya maksud Pak Mantri tidak berjalan lancar. Perburuan burung dara oleh para pedagang di pasar justru menimbulkan masalah baru karena beberapa lapak rusak dan mereka saling menuntut ganti rugi. Pertikaian baru reda setelah melalui perdebatan di kantor Pak Mantri.


Saat upaya mengurangi populasi burung dara mulai membuahkan hasil, Kasan Ngali kembali mengusik. Burung-burung dara yang telah ditangkap oleh para pedagang dibelinya dan dilepaskan lagi.


Pak Mantri tidak tinggal diam. Upaya perburuan tetap dilaksanakan, tapi ia tak lagi terpancing oleh Kasan Ngali. Ia biarkan orang itu sibuk dengan perbuatannya sendiri. Pak Mantri juga tidak lagi marah atau menyalahkan para pedagang yang membangkang maupun yang meninggalkan pasarnya. 


Telah disadari oleh Pak Mantri bahwa untuk menghidupkan lagi pasar dan mendapat kepercayaan para pedagang, terlebih dahulu ia perlu memperhatikan kondisi pasar. Maka ia pun memperbaiki los pasar. Dinding-dinding dicat ulang dan atap diperbaiki. Bersama dengan Paijo ia menata kembali pasar.


Pak Mantri tak lagi terlalu berharap pada kecamatan yang hanya bisa memberi janji dengan ucapan. Tak pula mengharap polisi yang lamban kerjanya. Tanpa bantuan Pak Camat dan polisi, Pak Mantri berhasil membuat pasar kembali ramai dan hidup. 


"Pasar" (dok. pribadi).

Burung-burung pun dara semakin berkurang. Pada saat hampir bersamaan, Kasan Ngali frustasi dengan pasar tandingannya. Ia menutup bank kredit dan kasihnya pada Siti Zaitun seluruhnya bertepuk sebelah tangan.


Satu demi satu pedagang kembali ke pasar. Mereka yang semula susah diatur dan berjualan di pinggir jalan bersedia masuk mengisi los-los pasar. Beberapa pedagang bahkan berebut untuk menempati los pasar yang telah dibenahi kondisinya. Mereka pun kembali bersedia membayar retribusi. 


Pak Mantri menatap lega. Di hari-hari terakhirnya ia memperoleh lagi kemenangan dan ketenangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu...

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk...

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan...