Langsung ke konten utama

Mereka Yang Katanya Menentang Pembajakan, Tapi Mempromosikan Produk Bajakan



Entah apa maksud dari pemasangan spanduk provider seluler tersebut. Jika memang disengaja maka pantas dipertanyakan alasan provider memasang atau memberikan spanduk kepada lapak CD-DVD bajakan ini. Ataukah mungkin spanduk tersebut awalnya tidak ditujukan untuk tempat tersebut ?. Jika iya mengapa tidak segera dicabut spanduk-spanduk tersebut. Jika alasannya tidak tahu rasanya  mustahil. 

Ataukah provider seluler aji mumpung dengan menumpang promosi di lapak yang banyak dikunjungi dan dilalui orang tersebut ?.  Aji mumpung rasanya memang bukan hal baru lagi dilakukan oleh perusahaan provider seluler di Indonesia, beberapa tahun lalu ketika layanan RBT booming, seluruh provider seluler melakukannya dengan nama yang bervariasi. Bahkan ketika sejumlah pengamat dan kritikus musik memperingatkan bahwa bisnis RBT tidak akan membawa banyak kebaikan pada iklim musik Indonesia, para provider justru makin gencar menggarap layanan RBT mereka. Kini di saat industri RBT runtuh, para penyanyi dan grup musik spesialis RBT ikut tergulung, para provider tetap berkibar berkat keuntungan besar yang telah mereka raup selama bertahun-tahun.

Pemandangan di Jalan Mataram Jogja ini mungkin juga dijumpai di banyak tempat dan bisa jadi luput dari perhatian kritis banyak masyarakat Tapi kenyataan ini, jika memang benar provider seluler ikut berada di sana, maka sangat disayangkan, mereka sudah berdiri di dua kaki. Provider seluler telah menunjukkan inkonsistensi terhadap perang melawan aksi pembajakan karya seni lagu dan film.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk