Langsung ke konten utama

Eksotik Karnaval Jogja Fashion Week 2014: Kemegahan Warna-warni Nusantara



Karnaval Jogja Fashion Week 2014  diselenggarakan di sepanjang kawasan Malioboro pada Minggu sore (22/6/2014). Mengangkat tema “Beruga Jenggala Nusantara”, karnaval ini  menyuguhkan kembali kemegahan dan kejayaan nusantara khususnya dari wilayah Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi hingga Papua.

Diikuti sekitar 500 peserta dari sekitar 27 kelompok, acara yang juga sering disebut dengan Jogja Fashion Carnival ini menjadikan Jalan Malioboro dan Ahmad Yani sepanjang 1 km sebagai catwalk. Para peserta tak hanya datang dari sejumlah kota  di Indonesia, namun hadir juga dari Thailand dan Australia. Penampilan merekapun menyedot perhatian ribuan orang untuk menyaksikannya di sepanjang kawasan Malioboro.




Ratusan orang, laki-laki dan wanita, termasuk remaja dan anak-anak berjalan  di atas aspal Malioboro dengan mengenakan aneka kostum tematik yang tak biasa.

Sepanjang karnaval berlangsung, Malioboro tak ubahnya lautan manusia penuh warna yang indah. Kuning, merah, hijau, oranye, biru, putih hingga emas membentuk harmoni yang manis dalam kostum-kostum yang dibawakan setiap peserta. Bukan hanya penuh warna, kostum-kostum itu sangat ramai dengan aksesoris yang terbuat dari kulit, karton tebal hingga ayaman bambu. Aksesoris-aksesoris tersebut menambah kesan  glamour yang memukau. Sementara selendang, kain batik, sayap-sayap berukuran besar,, susunan bentuk bunga hingga mahkota membuat kostum-kostum tersebut semakin menarik. Beberapa kostum menampilkan kreasi dengan tingkat kerumitan yang tinggi.

Berbagai kostum tematik dengan bentuk yang tak biasa dibawakan oleh peserta karnaval. Peserta tamu dari Thailand membawakan kreasi busana yang sangat menonjolkan identitas budaya mereka. Peserta tamu dari Australia mengenakan kreasi kostum yang memadukan batik khas Indonesia. Sebuah penghargaan yang tinggi terhadap budaya Indonesia.













 








Peserta dari berbagai kota di Indonesia Indonesia tampil membawakan kostum yang menggambarkan kemegahan budaya berbagai suku bangsa di Nusantara. Kelompok siswa SMK dari Gunung Kidul membawakan kreasi kostum bertema Minang. Kostum mereka terdiri dari busana dan aksesoris yang didominasi warna kuning dan merah lengkap dengan bentuk aksesori yang identik dengan budaya Minang.

Komunitas Kandang Sapi menyuguhkan kostum tematik kerajaan negeri Papua yang diangkat dari kisah legenda ropokai dan ambonai. Kostum mereka didominasi warna coklat dengan sayap-sayap lebar dan membulat di bagian punggung. 





Sementara itu peserta dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menampilkan kostum tematik berjudul Nusaraya Empat Raja. Dengan didominasi warna coklat, peserta dari UNY membawakan kostum berukuran besar dengan bentangan lebar yang menampilkan corak ukiran.

Peserta dari kota Salatiga tak kalah menarik. Dengan kostum yang didominasi warna hitam, mereka menyertakan banyak bulu-bulu berwarna emas dan putih. Bentangan sayap di punggung mereka yang menampilan bentuk-bentuk ukiran menunjukkan jika mereka mengangkat kemegahan budaya Papua.  Kejayaan Sriwijaya dan uniknya budaya suku Dayak juga ditampilkan dalam berbagai kreasi kostum yang cantik.






Bukan hanya kostum tematik yang mengangkat budaya suku-suku bangsa Indonesia, kreasi yang lebih kontemporer juga disuguhkan. Kostum-kostum yang dibawakan beberapa peserta dari kota Solo mencuri perhatian sendiri. Dengan paduan warna yang menyala, bentuk kostum mereka membuat pemakainya tampak seperti ksatria dan bidadari bersayap. Mereka pun menjadi buruan sejumlah penonton yang nekat merangsek ke tengah jalan untuk berfoto dengan latar kostum yang menarik tersebut.





Hal yang menarik lainnya kostum Nawangwulan yang menurut kabar dibawakan oleh peserta dari komunitas transgender. Hanya saja riasan dan komposisi kostum serta batik yang mereka kenakan membuat penampilan mereka tak banyak berbeda dengan para peserta lainnya.

Selama karnaval berlangsung para peserta tak hanya berjalan tapi juga berpose layaknya peragaan busana. Peserta lainnya memainkan  musik dan koreografi tarian yang membuat bentuk dan kemegahan kostum mereka  semakin jelas terlihat. Sepanjang itupula para peserta terutama wanita tak henti menebar senyum seolah tak peduli dengan berat dan rumitnya kostum yang memerangkap tubuh mereka. 


 

Karnaval Jogja Fashion Week 2014 tak hanya menampilkan kreativitas tingkat tinggi dari generasi muda Indonesia dalam hal tata busana dan kostum. Melalui karnaval ini masyarakat juga diajak untuk kembali melihat betapa megah dan kayanya budaya negeri ini.  Budaya-budaya itu pernah berjaya dan kini menjadi identitas yang harus dilestarikan. Melihat megahnya Nusantara, hanya orang gila yang tak bangga menjadi orang Indonesia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk

SUPERSEMAR, Kudeta Paling Canggih dan Keji oleh Soeharto

Runtuhnya orde baru pada 1998 telah membuka gerbang penelusuran sejarah Indonesia secara lebih terang. Pengungkapan fakta sejarah yang selama puluhan tahun ditutupi dan dimanipulasi oleh Soeharto gencar dilakukan. Para sejarawan, peneliti, saksi sejarah , hingga media bekerja keras meluruskan narasi sejarah yang sebelumnya dikuasai dan dikendalikan oleh rezim orde baru yang otoriter. Sampul depan "Supersemar" yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (dok. pri). Salah satu peristiwa penting yang terungkap secara lebih terang ialah Surat Perintah Sebelas Maret 1966 atau “Supersemar”. Walau beberapa hal tentang Supersemar masih menjadi misteri, fakta-fakta Supersemar kini terangkai dalam narasi yang lebih mendekati sebenarnya dibanding narasi versi orde baru. Malam 11 Maret Memanfaatkan kecerdikannya sebagai ahli strategi militer, Soeharto merancang kudeta paling canggih dan keji. Ia diyakini mulai menjalankan strategi kudeta lewat peristiwa G30S-PKI. Penelusuran sejarah pasca orde