Langsung ke konten utama

BNI-UGM Foodpark: Mendidik Kaum Terdidik



Instrumen pembayaran non-tunai sedang digalakkan di Indonesia. Terutama setelah Bank Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada 14 Agustus 2014. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memanfaatkan alat pembayaran non tunai dalam berbagai transaksi.


Menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai perguruan tinggi nomor satu di Indonesia, BNI membangun Foodpark sebagai kantin yang mengusung konsep edukasi dan gaya hidup go green. BNI-UGM Foodpark merupakan bagian dari tanggung jawab sosial BNI dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sistem pembayaran yang efisien dan aman.  BNI-UGM Foodpark adalah salah satu cara BNI memasyarakatkan penggunaan uang elektronik atau e-money sebagai bagian dari upaya memuwujudkan Less Cash Society (LCS).

Menurut Bank Indonesia trend penggunaan uang elektronik di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2013 rata-rata harian nominal transaksi uang elektronik mendekati Rp 8 miliar per hari, naik dibandingkan tahun 2012 yang hanya Rp 5 miliar per hari.

Meskipun demikian transaksi dengan uang elektronik di Indonesia tergolong masih rendah, yaitu di bawah 1%. Penetrasinya pun relatif masih lambat. Dibandingkan alat pembayaran non-tunai lainnya seperti kartu debit dan kartu kredit, uang elektronik di Indonesia memang relatif masih baru. Pengguna uang elektronik juga belum sebanyak dua kartu di atas. Padahal uang elektronik dapat dimiliki dan digunakan siapa saja. Menggunakan uang elektronik juga sangat mudah, aman dan memberikan banyak keuntungan.
 
BNI-UGM Foodpark, bukan sekadar tempat makan tapi juga wahana edukasi dan percontohan non-tunai yang dikembangkan BNI di kampus Universitas Gadjah Mada.
Oleh karena itu langkah BNI membangun Foodpark sebagai pusat percontohan non tunai di kampus UGM adalah terobosan  yang menarik mengingat selama ini penggunaan uang elektronik banyak didominasi  sektor  transportasi dan ritel seperti swalayan dan minimarket. Padahal potensi besar juga ada di lingkungan universitas sebagai pusat pendidikan.
BNI-UGM Foodpark yang nyaman dan mendukung aktivitas produktif warga kampus UGM.
 
Taman dan ruang terbuka BNI-UGM Foodpark.
Data MARS tahun 2013 menunjukkan generasi muda masih menjadi salah satu kelompok yang “terasing” dari 3 kelompok usia pengguna uang elektronik di Indonesia. Tingkat kesadaran masyarakat usia 18-24 tahun terhadap uang elektronik hanya sebesar 16,7%. Dengan demikian mendekati warga kampus terutama mahasiswa adalah cara yang baik untuk meningkatkan penetrasi penggunaan uang elektronik.

Di BNI-UGM Foodpark pembelian semua jenis makanan dan minuman difasilitasi dengan BNI Tapcash, produk uang elektronik yang dikeluarkan oleh BNI. BNI Tapcash adalah penerus sekaligus pengganti kartu prabayar BNI prepaid yang lebih dulu diperkenalkan beberapa tahun lalu.

Pembayaran dengan BNI Tapcash pun mudah dilakukan. Kasir yang terampil menggunakan reader dan EDC membuat pembayaran berlangsung cepat. Untuk memudahkan isi ulang BNI-UGM Foodpark juga dilengkapi dengan dua ATM di samping pintu masuk. Melalui ATM kita bisa mengisi ulang BNI Tapcash mulai dari nominal Rp. 10.000. Di mesin ATM itu kita bisa segera mengetahui saldo hasil isi ulang atau mendatangi kasir untuk memeriksa update saldo uang elektronik.
Setelah isi ulang BNI Tapcash.
 
Aneka menu yang bisa dinikmati di BNI-UGM Foodpark dengan BNI Tapcash.
Menggunakan BNI Tapcash untuk menikmati makanan dan minuman di BNI-UGM Foodpark berarti juga membiasakan diri menghemat uang kembalian. Dengan uang BNI Tapcash uang kembalian tidak akan terbuang percuma karena saldo yang terpotong sesuai dengan harga tanpa pembulatan. Untuk   meningkatkan kesan pengalaman tersebut, hampir semua harga makanan dan minuman di BNI UGM Foodpark memiliki nominal pecahan yang tak biasa. Contohnya harga berbagai varian Mendoan adalah Rp. 10. 395, Rp. 11. 970 dan Rp. 12. 495. Jika membayar secara tunai harga akan dibulatkan karena tidak adanya uang kembalian yang pas. Sebagai bukti penggunaan uang elektronik, kita akan mendapatkan struk dari mesin kasir dan mesin EDC Tapcash.

Efisien, aman dan praktis karena mengurangi jumlah uang tunai yang harus dibawa di dompet. Itulah mengapa saya memilih menggunakan BNI Tapcash untuk membayar makanan dan minuman di BNI-UGM Foodpark. Apalagi pengguna BNI Tapcash sering mendapatkan potongan harga di saat-saat tertentu.
 
Membeli mendoan pun bisa dilakukan dengan membayar menggunakan BNI Tapcash.
 
Kasit non tunai di BNI-UGM Foodpark memproses pembayaran dengan BNI Tapcash.
 
Dua bukti pembayaran non-tunai dengan BNI Tapcash dari mesin kasir dan EDC di BNI-UGM Foodpark.
Mendidik warga kampus untuk terbiasa menggunakan uang elektronik akan memberikan pengaruh positif  dan efek berantai yang besar dalam memasyarakatkan uang elektronik. Sikap mahasiswa dan warga kampus yang terbuka terhadap perubahan dan rasa ingin tahu untuk mencoba sesuatu yang baru adalah peluang untuk  meningkatkan penggunaan uang elektronik di masyarakat.

Dengan merasakan manfaat BNI Tapcash di BNI-UGM Foodpark, warga kampus dan mahasiswa diharapkan terbiasa untuk menggunakan intrumen pembayaran non tunai. Setelah itu para mahasiswa dapat menularkan pengalamannya ke lingkungan sekitar termasuk kepada keluarga mereka.

Tak hanya memberikan pengalaman penggunaan uang elektronik, BNI UGM Foodpark juga menghadirkan suasana alami yang nyaman bagi mahasiswa dan warga kampus untuk berdiskusi atau belajar bersama. Dengan fasilitas internet berkecepatan tinggi yang bisa digunakan secara cuma-cuma, berbagai kegiatan produktif seperti mengunduh jurnal ilmiah atau mengirim tugas bisa dilakukan dengan mudah di BNI-UGM Foodpark.
Kartu uang elektronik BNI Tapcash yang digunakan di BNI-UGM Foodpark sebagai instrumen pembayaran non tunai yang efisien, aman dan modern.

BNI-UGM Foodpark adalah terobosan edukasi yang layak diapresiasi. Tak sekadar tempat makan atau berdiskusi, BNI-UGM Foodpark juga memberikan manfaat dengan menghadirkan pengalaman pembayaran non tunai yang efisien, aman dan modern. Salut dan selamat untuk 69 Tahun yang luar biasa untuk BNI.

Komentar

  1. Andaikan kartu ATM bisa berfungsi sebagai e-money dan tiap vendor menyediakan pembayaran e-money untuk setiap bank pasti e-money kian merakyat. Saat ini kan hanya segelintir bank yang menawarkan e-money dan vendor yang menerima pembayaran e-money terbatas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, sarana dan prasarananya harus ditingkatkan, diperbanyak secara merata

      Hapus
  2. Saya sudah sering masuk sini sih Mas, tapi belum pernah bayar pakai uang elektronik.
    menarik mas :) Emang UGM sangat bersahabat dengan BNI. Beasiswa aja lewat BNI. Hehehe

    Mampir juga yuk mas http://hanifjava.blogspot.com/2015/08/kepedulian-bni-terhadap-pembangunan.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih praktis non-tunai sih. BNI Tapcash nya bisa didapat di Customer Service BNI UGM sekaligus diaktivasi, top up dan update balance. Nggak sampai 20 menit beres..okay meluncur

      Hapus
  3. Ide BNI ini memang keren. Tulisannya juga keren. Selamat ya...
    Selamat buat kita

    Salam kenal

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk