Langsung ke konten utama

Anatomi "Adu Rayu" yang Romantis untuk Jokowi dan Prabowo


Hari ini sebuah lagu sedang sering sekali diputar di radio. Lagu yang juga mungkin paling banyak disenandungkan orang-orang sekarang. Andai lagu ini muncul jauh-jauh hari, barangkali pemilu kita bisa lebih romantis, tidak penuh kebencian.
Mereka yang telah memenangkan hati rakyat Indonesia.
Sebut lagu itu “Adu Rayu”. 

Lirik lagu ini ditulis oleh Tulus untuk kemudian dinyanyikan bersama-sama dengan Glenn Fredly dengan kawalan musik  ramuan Yovie Widianto. Melihat ketiga nama tersebut, tak ada keraguan bahwa "Adu Rayu" telah mengunci satu slot dalam daftar lagu terbaik tahun ini. 

Tentu saja “Adu Rayu” tidak berangkat dari pandangan politik tertentu. Kita bisa meyakini bahwa lagu ini dicipta dan kemudian disodorkan kepada kita tanpa kontaminasi politik. Ia lagu yang “tidak memihak”. Akan tetapi karena ketidakberpihakan itulah “Adu Rayu” memberi peluang untuk intrepretasi  yang berbeda dengan kesepakatan umum akan lagu tersebut.

Kisah “Adu Rayu” adalah permainan hati. Di sana ada satu pihak yang dalam dilema dan kebingungan memilih, tapi mau tidak mau harus memutuskan: pilih yang ini atau yang itu.

Dari sinilah “Adu Rayu” tampak melukiskan nyaris secara akurat persaingan dua kandidat calon presiden di Pemilu 2019: Jokowi dan Prabowo. Keduanya sedang beradu rayu dengan sangat sengit. Puncak “Adu Rayu" Jokowi dan Prabowo dipastikan akan terjadi pada debat terakhir malam ini, 13 April 2019. Ini adalah debat habis-habisan sebelum segalanya diharuskan menjadi tenang. 

Sementara itu pihak yang dirayu dan sedang diselimuti dilema menentukan pilihan adalah kita, para pemilik suara di pemilu. Harap diingat pemilu sekarang adalah yang paling berat dan penuh ujian.

Agar tampak jelas anatomi “Adu Rayu” itu, kita mulai saja menyanyikannya bagian demi bagian.

“Maukah lagi kau mengulang ragu/dan sendu yang lama
Dia yang dulu pernah bersamamu/memahat kecewa
Atau kau inginkan yang baru/sungguh menyayangimu
Aku ingin dirimu/yang menjadi milikku
Bersamaku mulai hari ini/hilang ruang untuk cinta yang lain”

Bagian pertama di atas dinyanyikan dengan sangat merdu oleh Tulus. Mari kita pinjam untuk mewakili sisi Pak Prabowo. 

Narasi kampanye Prabowo dan koalisinya selama ini yang kerap menyodorkan kecemasan adalah berupaya membangun opini betapa mengecewakannya pemerintahan Jokowi selama 5 tahun. Narasi-narasi soal tenaga kerja asing, kriminalisasi ulama, PKI,  TNI lemah, Indonesia akan bubar, dan lain sebagainya yang sekalipun banyak absurd-nya ternyata bisa mempengaruhi banyak orang. Mereka mulai ragu dengan Jokowi. Sebagian menjadi kecewa lalu mulai berpikir untuk berpaling.

Di tengah-tengah rasa ragu dan kecewa itulah Prabowo hadir (lebih tepatnya hadir lagi) dengan membawa janji (janji lama). Bersama Sandiaga Uno ia datang merayu. 

Kepada rakyat sebuah pertanyaan secara berulang-ulang disodorkan keras-keras melalui pidato: “Buat apa memilih lagi pemimpin yang membuat kecewa? Itu sama saja mengulang kesenduan. Lihatlah, telah ada di depan kalian yang baru (meski tidak benar-benar baru) yakni aku, Prabowo”. Agar lebih teatrikal dan dramatis, ucapan itu bisa disertai adegan menggebrak podium.

Sekarang lanjut ke bagian berikutnya.

“Separuh jalan pernah dilewati/meski ada kecewa
Aku yang dulu tak begitu lagi/takkan ku ulangi
Jangan duluan engkau berpaling/beriku kesempatan
Aku ingin dirimu/tetap jadi milikku
Bersamaku mulai hari baru/hilang ruang untuk cinta yang lain”

Lirik di atas menjadi milik Glenn Fredly dan tidak ada interpretasi lain yang tepat selain bahwa itu adalah bagian yang bisa mewakili sisi rayuan Pak Jokowi.

Perlu diakui bahwa selama 5 tahun atau separuh jalan dari masa 2 periode yang diharapkan, ada sejumlah kekurangan pemerintahan Jokowi dalam menangani masalah yang muncul. Di antara capaian-capaian keberhasilan yang diraih, ada penuntasan kasus pelanggaran HAM yang masih tercecer dan perlindungan bagi kaum minoritas yang jelas masih tertinggal. Ini adalah salah satu yang mengecewakan.

Meski demikian tetap ada alasan yang cukup bagi Jokowi untuk meyakinkan rakyat agar tetap percaya pada kepemimpinannya. Rakyat tak perlu berpaling dan hanya perlu memberinya kesempatan untuk menyelesaikan segala urusan yang belum tuntas. Termasuk janji dan rayuannya adalah tidak mengulangi segala kekeliruan yang pernah dibuat.

“Lupakan dia pergi denganku/
Lupakanlah ragu denganku”

Tidak sulit untuk menerjemahkan barisan kalimat di atas sebagai inti dari sebuah rayuan yang manapun. Bagi Prabowo hal yang terpenting adalah rakyat segera melupakan Jokowi. Sementara bagi Jokowi hal yang terbaik adalah rakyat menanggalkan segala bentuk ragu kepadanya dan sekaligus menutup hati pada pilihan yang lain.

“Layak untuk cantikmu itu aku!”

Indonesia  adalah negeri yang teramat cantik dan menggoda. Maka siapapun yang cukup nyali untuk merayunya juga harus beradu untuk menjadi yang paling layak meminangnya.

Dengan demikian jelas  bahwa “Adu Rayu” bukan hanya romantisme permainan hati Velove Vexia, Nicholas Saputra dan Chico Jerikho. Lagu ini juga bisa kita pinjam sebagai lagu tema romantis bagi pemilu yang sedang kita jelang.

Dua capres, Jokowi dan Prabowo, sudah habis-habisan beradu dan sepenuh hati merayu kita. Lalu kita tahu bahwa semua ini akan menjadi sempurna jika dan hanya jika kita terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, jangan golput. Mari datang ke TPS pada 17 April 2019 nanti dengan membawa hati kita masing-masing. Di sana kita tuntaskan kontes “Adu Rayu” ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan