Langsung ke konten utama

Merayakan Hari Sate Kambing Nasional


Kemarin, Minggu (11 Agustus 2019) adalah “Hari Sate Kambing Nasional”. Memang kita tidak akan menemukannya tercetak di kalender nasional. Namun, bukan berarti itu tidak ada. 

“Hari Sate Kambing Nasional” merupakan kesepakatan alam bawah sadar kita saat Hari Raya Iduladha tiba. Hari ketika sate kambing melintas di pikiran banyak orang.

Sate Kambing (dok. pri).

Saya hampir yakin bahwa pada Idul Adha kebanyakan orang Indonesia memikirkan dan lalu memutuskan untuk mengolah daging kambing menjadi sate dibanding jenis olahan lainnya. Siapa pun boleh memikirkan gulai dengan kuah yang gurih. Sah juga membayangkan tongseng berkuah manis pedas. Atau berencana mengamalkan resep lain. Namun, pada akhirnya yang kita jumpai di depan mata adalah sate kambing.

Memori otak kita merekam dengan baik selama bertahun-tahun kata “sate” atau “satai” dalam ejaan bakunya. Sensasi dan kenikmatan yang kita dapatkan setiap kali menyantap sate telah memperkuat algoritma khusus di dalam tubuh yang menentukan nasfu dan selera makan kita. Hanya butuh sedikit rangsangan untuk mengaktifkan jalinan neuron pembangkit memori “sate” tersebut. Itu sebabnya “sate” mudah sekali muncul di pikiran kita saat menjumpai daging kambing.

Sebagai orang Indonesia saya mewarisi pola semacam itu. Ketika pada hari Minggu kemarin terlibat dalam penyembelihan hewan kurban, keinginan menyantap sate segera timbul. Maka beginilah yang saya perbuat.
Starter kit membuat sate kambing (dok. pri).

Bumbu semaunya, yang penting yakin! (dok. pri).


Daging dengan bumbu semaunya (dok. pri).

Bakar! (dok. pri).

Menikmati sate kambing harus ada tambahannya. Bagi saya kondimen terbaik untuk sate kambing adalah sambal kecap yang berisi potongan bawang merah, cabe rawit, dan bubuk merica. Daging kambing yang empuk menjadi kaya rasa dengan sambal kecap tersebut. Cita rasanya juga semakin segar dengan tambahan potongan tomat, mentimun dan kobis. 

Sudah matang (dok. pri).

Mau? (dok. pri).
Selamat makan! (dok. pri).
Memang siang itu saya terlalu banyak menambahkan merica ke sambal kecap sehingga lidah sedikit “terbakar”. Namun, mengingat ini adalah sate buatan sendiri maka saya menyatakan rasanya enak sekali. Buktinya saya makan dengan lahap.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk