Langsung ke konten utama

"Jangkau" dan Tren Filantropi yang Tumbuh di Indonesia


Ada banyak jalan untuk mengulurkan tangan. Ada banyak cara untuk menjadi dermawan. Gairah baru filantropi memberi kesempatan bagi setiap orang untuk terlibat dalam misi kebaikan dengan berbagai cara. 

Aplikasi "Jangkau" (dok. pri).
Mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok meluncurkan aplikasi bernama “Jangkau” pada awal Agustus 2019. Aplikasi yang dijalankan di perangkat mobile dan smartphone ini bertujuan untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan, terutama kalangan rakyat miskin dan lansia.

Jangkau mempertemukan mereka yang membutuhkan bantuan dengan orang-orang yang ingin membantu. Pada masa awal Jangkau masih terbatas mengelola sumbangan berupa barang, terutama barang kebutuhan lansia. Namun, ini hanya embrio. Artinya Jangkau akan dikembangkan lebih luas lagi.

Jangkau dan Humanisme Ahok
Jangkau bersemi dari dalam penjara. Hasil pendalaman Ahok terhadap masih adanya orang-orang yang menghendaki bantuannya saat ia ditahan. Di sisi lain ia bukan siapa-siapa lagi. Bukan lagi pejabat dan tak memiliki kedudukan serta kekuasaan politik. Kemampuan dan jangkauannya untuk membantu orang lain telah terbatas. Ahok menyadari hal ini.

Meski pun demikian ia tak kehilangan hasrat menjangkau orang-orang yang membutuhkan. Soal ini kita tak usah heran. Jejak hidup Ahok memang tak lepas dari membantu dan melayani masyarakat. Kita bisa memilih dan membaca buku tentang Ahok yang mana pun di mana hampir bisa dipastikan selalu ada cerita mengenai penghayatan Ahok tentang kemanusiaan yang berakar dari didikan lingkungan keluarganya sejak kecil. 

Itulah mengapa meski sebagai politisi, Ahok bukan politisi pemburu kekuasaan yang dikuasai nafsu mempertahankan kedudukan dengan segala cara. Politik Ahok adalah politik yang integral dengan hati nurani dan kemanusiaan yang tujuan terbesarnya ialah mengupayakan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.  

Ahok barangkali sangat meresapi ajaran alkitab yang menyebutkan bahwa jika seseorang memiliki kemampuan dan berkecukupan, tapi tidak mengasihani saudaranya yang membutuhkan, maka kasih Tuhan tidak akan hadir dalam dirinya. Dari perspektif ini, menjangkau sesama adalah perwujudan iman yang dihayati Ahok.

Akan tetapi kita tahu seperti apa Ahok. Langkahnya digerakkan tidak hanya oleh keyakinan relijius. Lebih dari itu, Ahok adalah seorang seorang humanis yang mencintai kemanusiaan. 
Ahok (dok. pri).
Sebagaimana seorang humanis, Ahok memanfaatkan tangan, kaki, dan keberadaan dirinya untuk mengupayakan kehidupan yang lebih manusiawi. Tidaklah sulit untuk menangkap jiwa dan semangat humanisme Ahok jika melihat sepak terjangnya, kebijakannya, serta warisan kerjanya baik saat menjadi bupati, anggota dewan, maupun gubernur. 

Jika politik adalah cara untuk meraih kekuasan, maka falsafah humanisme menuntun Ahok menggunakan kekuasaan untuk memanusiakan manusia. Ahok menghayati politik sebagai ladang berkarya untuk memudahkan kehidupan sebanyak-banyaknya orang.

Sekarang ia tak lagi berkuasa secara politik. Namun, tertutupnya satu pintu senantiasa diikuti dengan terbukanya pintu dan kesempatan baru.

Semangat Baru Filantropi
Hal lain yang bisa dielaborasi dari Jangkau adalah semakin melajunya gerak filantropi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Bukan berarti sebelumnya orang Indonesia tak menghayati semangat filantropi. Sejak dulu masyarakat kita dikenal sebagai masyarakat gotong royong yang penuh empati pada sesama. Orang Indonesia bahkan dianggap sebagai yang paling dermawan se-dunia.

Tapi dari waktu ke waktu sentuhan kemajuan teknologi, internet dan media sosial berhasil mengamplifikasi sifat murah hati masyarakat Indonesia. Ada semacam semangat baru yang menggerakkan orang-orang untuk mengulurkan tangannya menjangkau orang lain yang kesusahan.

Banyak orang tergerak oleh kitabisa.com, sebuah situs web yang memfasilitasi aksi kebaikan dan menyuarakan filantropi umum. Melalui situs ini siapapun bisa menggalang dana bantuan sekaligus mempromosikan berbagai program bantuan. Kita sudah menyaksikan hasilnya yang menakjubkan. 

Contoh lainnya adalah GoGive yang difasilitasi oleh aplikasi Gojek. Pengguna Gojek sering menerima pemberitahuan di layar smartphone-nya yang berisi kampanye atau ajakan untuk berdonasi. Biasanya donasi ditujukan untuk mitra Gojek dan keluarganya yang membutuhkan bantuan. Misalnya, seorang ibu yang menjadi tukang ojek demi mengumpulkan uang untuk mengobati anaknya yang sakit parah.

Kita juga telah diperlihatkan pada kekuatan “twitter please do your magic”. Bisa dikatakan ini merupakan sebuah tren filantropi yang menarik karena sebelumnya media sosial  dianggap sebagai ancaman bagi hubungan sosial. 

Media sosial seperti twitter disebut membawa dampak negatif, yakni membuat orang menjadi asosial dan kurang peduli pada lingkungan sekitarnya. Namun, “twitter please do your magic” telah berhasil mendorong orang-orang untuk mengulurkan tangannya kepada sesama yang membutuhkan. 

Bisa dicatat pula fenomena di kalangan youtuber yang akhir-akhir ini senang membuat konten “borong semua”. Para youtuber mencari seseorang, biasanya penjual makanan dan minuman, lalu membeli seluruhnya sekaligus. Namun, saya belum yakin untuk menggolongkan aktivitas “borong semua” ala youtuber ini sebagai aksi filantropi.

Masih banyak bentuk aksi kebaikan lainnya yang memperlihatkan semangat filantropi yang kian tumbuh di tengah-tengah kita. Aksi-aksi kebaikan itu yang dilakukan dengan cara kreatif dan sering bermula dari aksi kecil yang dengan cepat menjadi sebuah gerakan bersama dan berdampak besar berkat peran internet, smartphone, dan media sosial.

Teknologi telah menjadi kepanjangan tangan bagi orang-orang yang ingin menjangkau sesama, tapi seringkali kesulitan meluangkan waktu seharian untuk ikut beraksi di lapangan. Maka hanya dengan smartphone dan beberapa detik saja, setiap orang bisa melakukan aksi kedermawanan.

Tren filantropi masa kini mendorong siapa saja untuk mengulurkan tangan melalui hal yang disukai dan bisa dilakukan semampunya. Tidak harus sebagai pemberi sumbangan langsung, tapi bisa dengan membuat program dan kampanye bantuan, menjadi sukarelawan, sebagai influencer yang menggerakkan orang lain untuk berdonasi, atau ikut menyebarkan informasi permintaan bantuan.
Jangkau (dok. pri).

Aplikasi “Jangkau” juga demikian. Ahok tak hendak ingin mengulurkan tangannya seorang diri. Melalui “Jangkau” Ahok bermaksud mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk bergotong royong membantu sesama. 

Dalam konteks tren filantropi umum masa kini, Jangkau melengkapi pergerakaan aksi kemanusiaan yang memanfaatkan internet, media sosial, dan smartphone. Terobosan filantropi mutakhir seperti ini bisa mendorong kemanusiaan berkecambah dan tumbuh di banyak tempat yang pada gilirannya akan membuat dunia menjadi lebih baik.

Sedangkan dalam konteks Ahok, Jangkau tidak lain merupakan kelanjutan dari kerja humanisme-nya. Jangkau adalah penegasan Ahok bahwa kemanusiaan merupakan proyek kehidupan yang tidak akan pernah selesai sehingga perlu terus dikerjakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu...

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan...

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk...