Langsung ke konten utama

Postingan

Belajar Membangun Desa dari Mangunan Yogyakarta

Setalah satu setengah jam lamanya menempuh perjalanan dari Kota Yogyakarta, saya tiba di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa ini berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Yogyakarta. Taman yang lumayan luas menjadi beranda yang pertama kali dijumpai sebelum memasuki desa. Taman tersebut asri dengan beberapa pohon besar tumbuh di bagian tengah. Sementara tanaman-tanaman kecil dan rerumputan tumbuh di tepinya. Di tempat ini juga terdapat Sendang Mangunan, sebuah kolam mata air yang masih dimanfaatkan oleh warga desa sebagai sumber air bersih untuk beberapa keperluan. Pemandangan di depan rumah seorang warga di Desa Mangunan (dok. Hendra Wardhana). Seperti pada umumnya desa-desa di Indonesia, suasana di Mangunan terasa tenang dan bersahaja. Warganya mudah memberikan senyum dan ramah sehingga membuat siapa pun yang datang cepat merasa nyaman. Kebanyakan rumah warga di Mangunan bangunannya sederhana. Beberapa rumah berarsitektur...

Menghadirkan Kebahagiaan untuk Anak-anak di Restoran Pizza

Bermain adalah takdir anak-anak dan bahagia adalah hak mereka. Berkumpul bersana dengan teman sebaya, asyik dengan mainan, berlarian sambil tertawa riang, semuanya adalah simpul kebahagiaan anak-anak dalam dunianya yang bebas.   Anak-anak dan relawan Museum Kolong Tangga memulai permainan di Nanamia Pizzeria (dok. pri). Kebahagiaan dalam kebebasan itulah yang diciptakan pada Jumat (8/9/2017) sore itu. Sekitar lima belas orang anak berkumpul di taman di dalam area Restoran Nanamia Pizzeria, Jalan Tirtodipuran, Yogyakarta. Dua di antara anak-anak tersebut adalah Jamme dan Kale, putra penyanyi top Rio Febrian yang sore itu ditemani ibu mereka, artis Sabria Kono. Pasangan selebritis ini memang telah memutuskan menetap di Yogyakarta. Dipandu oleh relawan Museum Kolong Tangga, anak-anak mengikuti workshop kreatif selama kurang lebih dua jam. Acaranya dimulai dengan permainan interaktif. Para relawan dan anak-anak berkumpul membentuk lingkaran. Tapi sebelum itu para relaw...

[31ThnKAHITNA] #CeritaSoulmate 4: Cerita Cinta dari Bali

Namaku Mestia,  tinggal di Bali dan masih bersekolah di SMK. Jatuh hatiku pada KAHITNA terjadi saat masih SD gara-gara “menguping” Ibu saat sedang nyanyi lagu Cerita Cinta. Saat itu sih aku nggak tahu apa itu cinta, hihihi. Menginjak SMP kelas 2 baru aku bisa menghayati lagu Cerita Cinta itu (berarti sudah ngerti cinta ^^).   Ngomong-ngomong tentang lagu KAHITNA, lagu yang paling dalem banget menurutku adalah Aku, Dirimu, Dirinya. Yah, mau bagaimana lagi. Lagu itu pas banget dengan perasaanku (maaf jadi curhat). Tapi lambat laun aku merasa semua lagu KAHITNA sama dalamnya. Batik KAHITNA (dok. Hendra Wardhana). Aku pertama kali nonton KAHITNA pada acara di sebuah kampus swasta di Bali, 28 Januari 2017 lalu. Saat itu aku mengumpulkan uang saku sekolah selama beberapa hari. hingga akhirnya bisa membeli tiketnya. Tapi itu pun belum mulus mengantarkanku ke pertunjukkan KAHITNA. Masih ada izin dari Ibu yang harus aku upayakan. Sejak awal aku tidak yaki...

Mayciska, Pelajar Jogja yang Mampu Membaca Super Cepat!

Pembawaannya tenang dan kalem. Sambil duduk tangannya terus membuka halaman-halaman buku yang sedang dibacanya. Pandangan matanya menyapu setiap halaman buku dengan arah dari atas ke bawah. Avindra Salma Mayciska (dok. Hendra Wardhana). Avindra Salma Mayciska menarik perhatian saya pada Festival Literasi Gramedia 2017 (Literasi Jogja Istimewa) yang diselenggarakan di Kota Yogyakarta pada Minggu (20/8/2017) pagi. Caranya membaca buku tidak seperti kebanyakan orang. Dalam sekejap ia bisa berpindah halaman demi halaman. Matanya seperti alat pemindai kalimat yang bekerja cepat merekam informasi. Mayciska memang memiliki kemampuan istimewa dalam hal membaca. Dalam waktu 10 menit ia mampu melahap hingga 100 halaman buku dan menangkap isinya.   Karena ingin membuktikan secara lebih jelas, saya menginterupsinya saat sedang asyik membaca. Saya menyodorkan buku lain milik saya sendiri dengan anggapan Mayciska belum pernah membacanya. Kepadanya saya juga meminta unt...

Kreativitas Budi di Balik Kerajinan Cenderamata Kayu dari "Kaki Langit" Mangunan

Rumah sederhana milik Budi di Dusun Mangunan, Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, itu tidak terlalu mencolok. Bentuknya hampir sama dengan rumah-rumah lain di sekitarnya. Ukurannya juga tidak terlalu besar. Namun, jika masuk ke dalam rumahnya atau menengok  halaman belakangnya, baru akan diketahui bahwa rumah tersebut adalah “pabrik” kerajinan dan cenderamata berbahan kayu.   Budi sedang membuat mainan yoyo. Budi menamai rumah produksinya itu dengan “Gesang Art”. Jika anda pernah membeli miniatur mobil, sepeda motor atau becak dari sebuah toko cenderamata di daerah wisata, atau suka mengkoleksi benda-benda kerajinan berbahan kayu di rumah, bisa jadi benda-benda itu berasal dari sini. Sabtu (18/6/2017) sore itu Budi menunjukkan bagian belakang rumahnya yang menjadi tempat produksi Gesang Art. Banyak potongan kayu berukuran kecil dan serbuk kayu menumpuk di sana. Selain itu, ada seperangkat mesin bubut dan peralatan lainnya yang terlihat kokoh. M...

Menjelajah Botania Garden Seluas 13 Hektar di Purbalingga

Sederet tempat menarik telah berkembang di Purbalingga dalam beberapa tahun terakhir. Saat musim liburan tempat-tempat tersebut diserbu wisatawan yang datang tidak hanya dari sekitar Purbalingga, tapi juga dari luar kota dan provinsi. Bukan hal yang kebetulan pula jika kini semakin banyak bus-bus AKAP yang sebelumnya hanya mencapai Purwokerto memperpanjang rutenya hingga Purbalingga. Botania Garden alias "Bogar" di Purbalingga (dok. Hendra Wardhana). Sejumlah obyek wisata yang terus bermunculan di Purbalingga melengkapi line up obyek wisata lain yang sudah lebih dulu berkembang. Salah satu yang paling anyar adalah “Botania Garden” atau “Bogar”. Sesuai namanya, Botania Garden yang berlokasi di Desa Karangcengis, Kecamatan Bukateja, merupakan kebun buah-buahan. Kebun-kebun tersebut milik para petani lokal yang kemudian dikelola oleh kelompok masyarakat setempat sebagai destinasi wisata.   Botania Garden yang luasnya 30 hektar ini secara resmi diluncurka...

Mataram Culture Festival dan Impian Malioboro di Masa Depan

Sambil duduk di area pejalan kaki dan trotoar Malioboro, dengan wajah yang memancarkan keriaan, delapan anak perempuan bermain lompat bambu. Mereka kompak mengenakan kostum berwarna merah dan hijau. Hiasan serupa pita yang terbuat dari janur kelapa terpasang di rambut mereka yang diikat. Anak-anak itu bergantian peran. Ada yang duduk memegang ujung-ujung bambu dan menggerakkannya secara teratur. Sementara yang lainnya melompat-lompat dengan lincah menyesuikan pola gerakan bambu. Tak hanya asal melompat karena kaki, tangan dan tubuh mereka harus bergerak seirama. Jika kehilangan konsentrasi sebentar saja, kaki mereka pasti akan tersanung bambu dan permainan berakhir. Tapi jika gerakannya dilakukan dengan benar, permainan akan terus berlanjut. Parade permainan anak tradisional pada Mataram Culture Festival 2017 (dok. pri). Permainan anak-anak tersebut adalah bagian dari Mataram Culture Festival yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Yogyakarta di pedestrian Maliobo...