Sepintas tak ada yang salah dengan iklan audio telkomsel di bawah ini. Iklan ini direkam dari siaran RRI Pro 3 dan saat ini sangat sering diputar di setiap segmen siaran RRI dari pagi hingga malam. Iklan produk layanan Telkomsel Haji ini tampak biasa saja, namun jika diperhatikan dengan jeli di bagian akhirnya, iklan ini mungkin menjadi blunder dari Telkomsel karena memberi jawaban mengenai pertanyaan dan keresahan banyak masyarakat tentang jual beli data pelanggan. Bagaimana bisa seseorang yang baru melakukan registrasi atau aktivasi layanan provider malah mendapatkan telepon dari "orang bank" dan "orang asuransi". Telkomsel mungkin keceplosan. Simak iklan di bawah ini dan cermati dialog di ujung iklan.
Selama ini kita mengenal “hukum media” yang berbunyi “Bad News is a Good News”. Itu semacam sindiran atau ungkapan ironi tentang pola pemberitaan media masa kini yang kerap berlebihan dalam menyampaikan informasi dan berita seputar bencana. Youtube (dok. pri). Kita tahu bencana adalah kejadian buruk yang mestinya direspon dengan bersimpati, berempati, atau kalau perlu menyampaikan solusi dan bantuan yang nyata meringankan. Namun, bagi media kejadian bencana seolah menjadi kesempatan emas. Alasannya karena masyarakat kita suka dengan informasi seputar bencana. Maka setiap ada bencana atau peristiwa yang memilukan, kisah-kisahnya selalu menyedot perhatian masyarakat secara luas. Media lalu memberitakannya dengan porsi yang besar. Informasi diobral, termasuk informasi-informasi yang tak jelas ikut dilempar ke publik dengan label berita. Segala aspek dikulik dengan dalih “sudut pandang media”. Padahal hal-hal tersebut mungkin tak pantas diberitakan. Semakin parah komentator “palugada” jadi
Komentar
Posting Komentar