Langsung ke konten utama

9 & 10 : Firasat

Kemarin ku lihat awan membentuk wajahmu
Desau angin meniupkan namamu
Tubuhku terpaku

Semalam bulan sabit melengkungkan senyummu
Tabur bintang serupa kilau auramu
Aku pun sadari ku segera berlari

Itu setahun kemarin. Sebuah firasat selalu datang lebih cepat kalau sudah mengenai seseorang. Saya ingat betul sore itu sedang berada di sebuah tempat. Waktu itu juga bulan Ramadhan, tanggal 15 Agustus 2011.

Pukul 16.00 WIB. Entah apa yang terjadi saat tiba-tiba saya merasa sesuatu menerabas kepalaku. Seketika itu pula badan ini menghangat. Saya seperti bisa mendengar suara detak jantungku sendiri, gemetar dan hati perlahan mengeras. Saya ingat saat itu hendak mengirim sebuah email. Dan demi merasakan datangnya perasaan yang tiba-tiba itu saya buru-buru meninggalkan warnet. Ada sesuatu terjadi pada seseorang. Saya yakin.

Firasat ini, rasa rindukah ataukah tanda bahaya
Aku tak peduliku, ku segera berlari..

Ternyata benar. Saya menemukannya di sana, berbaring, lemah seperti dulu. Sungguh tak terduga. Wajahnya sayu, tapi justru terlihat manis. Ternyata selama ini ia ada di tempat yang dekat dengan saya yang selama itu juga tengah berjaga di sana.  Senang melihatnya meski terbatas. Bisa mendengar suaranya meski tak lama. Bisa menatap meski kehadiran saya akhirnya terjawab, tak pernah diharapkan. Maaf, saya hanya berusaha mengikuti firasat waktu itu. Firasat yang mengantarkanku pada bangsal itu.

Kini sudah berlalu setahun kemarin. Malu, datang sebagai tamu yang tak minta permisi. Seperti sungai mendamba samudera. Oh bukan, mungkin si pungguk rindukan rembulan 

Hari ini, saat langit mulai menjingga. Ketika awan-awan di atas mulai menurun. Saya melihatnya. Dari jauh, tak sengaja, wajahnya bahkan tak terlihat. Ada senyum dan nafas lega. Ia sehat dan tampak bahagia, itu pasti. Tampak beda dengan setahun kemarin. Semua tak masalah lagi apapun yang dia lakukan setahun kemarin. Walau di sini perih itu masih ada.

Tak ada yang harus kita sesali
Semua indah yang pernah kita alami
Meskipun terbatas dan tak mungkin terikat janji abadi
Aku dirimu dirinya tak akan pernah mengerti tentang suratan
Dia untukmu adanya tak akan aku sesali..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk

SUPERSEMAR, Kudeta Paling Canggih dan Keji oleh Soeharto

Runtuhnya orde baru pada 1998 telah membuka gerbang penelusuran sejarah Indonesia secara lebih terang. Pengungkapan fakta sejarah yang selama puluhan tahun ditutupi dan dimanipulasi oleh Soeharto gencar dilakukan. Para sejarawan, peneliti, saksi sejarah , hingga media bekerja keras meluruskan narasi sejarah yang sebelumnya dikuasai dan dikendalikan oleh rezim orde baru yang otoriter. Sampul depan "Supersemar" yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (dok. pri). Salah satu peristiwa penting yang terungkap secara lebih terang ialah Surat Perintah Sebelas Maret 1966 atau “Supersemar”. Walau beberapa hal tentang Supersemar masih menjadi misteri, fakta-fakta Supersemar kini terangkai dalam narasi yang lebih mendekati sebenarnya dibanding narasi versi orde baru. Malam 11 Maret Memanfaatkan kecerdikannya sebagai ahli strategi militer, Soeharto merancang kudeta paling canggih dan keji. Ia diyakini mulai menjalankan strategi kudeta lewat peristiwa G30S-PKI. Penelusuran sejarah pasca orde