Langsung ke konten utama

Ramadhan 5 : Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Kau tahu, hampir semua orang pernah kehilangan sesuatu yang berharga miliknya, amat berharga malah. Ada yang kehilangan sebagian tubuh mereka, cacat, kehilangan pekerjaan, kehilangan anak, orang tua, benda-benda berharga, kekasih, kesempatan, kepercayaan, nama baik, dan sebagainya. Kau kehilangan istri yang amat kau cintai. Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang kau alami mungkin jauh lebih menyakitkan. Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran relatif lebih atau kurang. Semua kehilangan itu menyakitkan”


“Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara yang terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan...Dalam kasusmu, penjelasan ini akan sangat rumit kalau kau memaksakan diri memahaminya dari sisi kau sendiri, yang ditinggalkan. Kau harus memahaminya dari sisi istrimu, yang pergi....”


“Kalau kau memaksakan diri memahaminya dari sisi mu, maka kau akan mengutuk Tuhan, hanya mengembalikan kenangan masa-masa gelap itu. Bertanya apakah belum cukup semua penderitaan yang kau alami. Bertanya mengapa Tuhan tega mengambil orang-orang baik, dan sebaliknya memudahkan jalan bagi orang-orang jahat. Kau tidak akan pernah menemukan jawabannya., karena kau dari sisi yang ditinggalkan. Bukankah itu yang terjadi bertahun-tahun kemudian ?. Kau tidak pernah bisa berdamai dengan kepergian istrimu”.


“Kau tahu, istrimu benar-benar ingin menjadi istri yang baik untukmu, menjadi ibu yang baik untuk anak-anakmu. Ia tidak pandai ilmu agama, ia baru belajar itu semua saat kalian menikah. Tapi dia paham sebuah kalimat yang indah, nasehat pernikahan kalian yang disampaikan penghulu : istri yang ketika meninggal dan suaminya ridha padanya, maka pintu-pintu surga dibukakan lebar-lebar baginya”.

Semua di atas itu adalah penggalan dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere-Liye yang hari ini selesai saya baca sampai lembar terakhirnya. Kalau tak salah ingat, novel itu adalah buku ketiga yang selesai saya baca dalam sebulan ini. Dua yang lainnya adalah Bidadari-Bidadari Surga (Tere-Liye) dan Di Antara Kebahagiaan, Cinta dan Perselingkuhan (KAHITNA dkk.). Kenapa saya mengutip bagian novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu itu, meskipun bagi saya Bidadari-Bidadari Surga jauh lebih bagus dan menyentuh ceritanya, ada dua alasan. 


Pertama, saya menyukai tokoh utama dalam novel itu, seorang laki-laki bernama Ray yang sejak kecil gemar melihat rembulan. Hmmm...mirip dengan saya yang gemar menatap bulan dan bintang. Rasanya bulan dan bintang itu adalah pasangan paling serasi juga yang terbaik yang diciptakan Tuhan di semesta ini, mungkin selain Adam dan Hawa. Lihatlah saja, saking indahnya, banyak orang yang mencatut dana bulan dan bintang untuk “menggombali” pasangannya. Tentu saja saya tidak termasuk yang mencatut itu. 

Tapi apakah benar se-serasi itu bulan dan bintang ?. Bukankah sering kali kita melihat di atas sana hanya ada bulan saja ? atau hanya bintang seorang ?. Lain hari malah keduanya tak muncul, atau muncul tapi saling berjauhan. Seperti tak saling kenal.

Ada yang berkata, tampak seindah apapun mereka berdua. Sedekat apapun bulan dan bintang bersisian, sebenarnya mereka tak seiring sejalan. Tak pernah bersatu. Bulan sering angin-anginan. Bentuknya juga tak tentu. Kadang bulat, separuh bundar, lain waktu menyabit. Kadang terang, kadang remang termaram. Sementara bintang ?. Ada yang berkata bintang itu angkuh. Bersinar hanya di waktu malam. Terang tapi hanya di kejauhan.

Ups, kok malah ngelantur ngomongnya ??. Jadi kembali ke novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, singkat saja, saya suka dengan tokoh utama di sini. Terlepas dari banyak kekurangan dan kesalahan yang dilakukannya,  yang semuanya digambarkan dalam cerita novel ini, dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai istrinya. Cinta yang begitu dalam meski dia tahu latar belakang istrinya, meski saat bertemu dengannya di rumah sakit dulu, dia merasa wanita itu tak menginginkannya. Oh, selebihnya dia sangat mencintai wanita itu. Hingga saat istrinya dua kali keguguran dan yang kedua akhirnya turut merenggut nyawanya, laki-laki itu tetap menempatkan nama istrinya sebagai satu-satunya yang bertahta dalam hatinya. Tak berkurang sedikitpun cintanya walau pada perjalanannya datang seorang wanita lain yang menawarkan cinta baru. Dia bergeming, meski wanita baru itu juga membawa cinta yang tulus. Tapi wanita itu datang di tempat dan waktu yang salah. Datang kepada seorang laki-laki  yang sudah teramat mencintai almarhumah istrinya, wanita cinta pertamanya. Datang di saat hati laki-laki itu terlanjur Tak Mampu Mendua. 

Suami terbaik, laki-laki yang gemar menatap rembulan itu tertidur dalam ranjang pesakitan. Selang infus dan macam-macam alat medis itu adalah temannya di tahun-tahun belakangan. Dalam tidurnya, dia berharap Tuhan segera menyelesaikan itu semua, agar dia bisa segera bersama dengan istri tercintanya di atas sana. Tak ingin menunggu lebih lama lagi. Atau mungkin Tuhan punya kehendak lain ?. Menyelesaikan perjalanan itu sampai rembulan benar-benar tenggelam di wajahnya.


Kedua, banyak cerita dalam novel ini yang berkisah tentang kehilangan dengan latar kejadian rumah sakit. Itulah dua alasan mengapa saya ingin menuliskan kembali secuil Rembulan Tenggelam di Wajahmu.

(5 Ramadhan 1432 H)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk