Langsung ke konten utama

AKU PUNYA HATI


Saat roda itu menyentuh aspal panjang, badanku terguncang. Tapi itu sudah biasa. Yang tak biasa adalah aku harus menyadari kalau burung besi ini sudah sampai mengantarkanku tiba di kotamu.

Selamat siang.
Hampir saja aku tak jadi berangkat. Meski rencana sudah disiapkan sejak 2 pekan sebelumnya, tapi kejadian kemarin membuatku berfikir ulang. Dan semua tak penting lagi. Aku sudah sampai di sini. Toh tak akan ada ruginya. Sejak awal memutuskan ke sini alasanku adalah menyaksikan KAHITNA. Jadi sejak 2 pekan lalu semua sudah kurencanakan. Termasuk mengambil cuti. Lagi-lagi cuti. Booking tiket konser sampai rencana menginap di mana pun sudah kuminta bantuan pada teman-teman ku di sana.

Pintu pesawat terbuka. Langit cerah meski udaranya bikin gerah. Dua langkah pertama kakiku menjejak tangga turun berjalan normal. Tapi tidak dengan langkah-langkah berikutnya . Kakiku antara mantap melangkah tapi juga berat untuk maju. Kenapa ?. 

Tak ada yang kebetulan. Karena sudah sejak lama aku tahu ini adalah kotamu sekarang. Dan aku datang lagi ke sini, hari ini.  Yang mungkin kebetulan adalah KAHITNA malam nanti akan konser di sini. Tapi aku memang baru tersadar kembali, semua sudah berganti cerita. Meski aku masih punya hati, dan kau mungkin tahu itu.

Selamat Sore.
“Apa kabar ?”. Kau lebih cepat tanyakan itu sebelum aku ingin mengucap yang sama. Dan suaramu tak berubah. Itu sebatas ingatanku saja. “Alhamdulillah baik”.
Senang bisa bertemu kembali denganmu. Berbagi cerita meski bukan lagi tentang kita. Berbagi kisah walau bukan lagi tentang hal-hal yang membuat kita resah. Tapi itu cuma yang terlihat. Karena kenyataan di balik punggung hatiku  gelisah. Bila saja hati ini dapat memilih akan seseorang yang ingin kusanding , jujur itu kamu. 

Tapi semua tak masalah lagi. Meski sebenarnya tetap saja ada masalah. Masalahnya adalah.....Ah, kau pasti tahu itu !!!. Dan jika saja kau belum juga tahu aku tak mungkin memberi tahu. Aku ini wanita. Dan kau laki-laki jadi harusnya kau lebih tanggap membaca hati.
Tentu saja bukan itu yang ingin kusampaikan. Tuntutan-tuntutan itu hanya pantas berlaku pada kisah cinta ABG. Kenyataannya kita bukan ABG. Dan kenyataan yang paling parah, kita bukan siapa-siapa lagi. Jadi tak ada cinta, apalagi ABG. 

Tak ada cinta ??. Benarkah ?. Hmmm..itu rahasia. Beruntung tadi sore kau tak tanyakan itu saat kita jalan. Karena jika kau tanyakan itu ada beberapa kemungkinan peristiwa yang terjadi. Pertama, aku akan kehilangan selera makan karena hatiku tiba-tiba pindah ke lambung, kenyang. Kedua, aku akan terdiam. Karena untuk berkata “iya” mulutku terlanjur kalah dengan hatiku yang keburu meloncat-loncat tak karuan. Ketiga, sebaliknya, aku akan langsung berkata “iya !!”, tapi kemudian langsung lari dengan kecepatan penuh menuju bandara. Pulang karena keburu malu.

Selamat Malam
Kita lalu duduk bersama di lobi hotel. Dua jam lagi konser KAHITNA dimulai. Aku tak mengajakmu. Bukan karena tak ingin, tapi karena tak lagi menemukan alasan untuk mengajakmu ke sana. Karena saat duduk bersebelahan seperti ini saja, aku merasa kau jauh. Lalu ada yang hampa. Mungkin itu hatimu. Meski hatiku punya banyak rindu. Tapi semua memang tak seperti dulu lagi. 

Terima kasih sudah mau sejenak menemuiku dan jalan bersama di sore kotamu. Apalagi untuk datang dari kampus mu ke tempat ini jaraknya belasan kilometer.
Jarak ??. Dulu kita mengkambinghitamkan jarak, bukan ?. LDR, kalau kata orang. Oh, sungguh itu sekarang tak penting lagi.

Beruntung sekali cahaya gedung konser ini remang dan temaram. Itu sangat mendukung penghayatan ku dari tiap lagu yang kudengar. Aku tidak galau, hanya teringat saja tentangmu. 

Selamat Pagi.
Semalam usai konser aku menulis diary sampai lewat pukul dua pagi. Kini aku bangun kesiangan. Sudah kuputuskan untuk tak jadi menambah satu hari lagi di kotamu. Untuk apa ?. Di sini aku hanya menjumpai fatamorgana.
Stasiun sudah ramai dengan orang-orang yang berjejer di 3 marka jalur pemberangkatan. Pas sekali waktunya. 3 langkah pertama ku segera diikuti datangnya kereta dari arah timur. Aku segera masuk. Duduk, lalu memasang ear phone terhubung dalam handphone. Play.
“Saat aku di sisimu, hatimu terasa jauh..”

Selamat Siang.
Hari ini aku pulang. Pulang ?. Oh bukan, aku pergi.
“Walau hati ini tak sanggup lupakan dirimu..kusadari aku yang harus pergi..”

(fiksi yang non fiksi, ditulis dengan tergesa berdasarkan DM seseorang tentang konser KAHITNA di Jogja bulan lalu)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk

PERBEDAAN

Sejatinya tulisan ada karena sms seseorang yang masuk ke HP Nokia saya kemarin malam. Sebut saja Indah, nama sebenarnya, usianya yang lebih muda dari saya membuat kami beberapa kali terlibat perbincangan seperti halnya saudara. Beberapa hal ia ceritakan pada saya, yang paling sering soal asmaranya beserta segala macam bumbu seperti perkelahian antar wanita (berkelahi beneran), cinta segitiga dan sebagainya. Saya sering “terhibur”mendengar cerita-cerita itu darinya. Daripada menonton kisah sinetron, kisah Indah ini lebih nyata. Dan semalam dia mengirim sms bahagia. Bahagia dari sudut pandang dirinya karena usai jalinan asmara lamanya kandas dengan meninggalkan banyak kisah sinetron, kini ia mengaku bisa merasai lagi indahnya cinta. Sekali lagi cinta menurut sudut pandang dirinya. Namun rasanya yang ini begitu menggembirakan untuknya. Alasan pastinya hanya ia yang tahu, namun satu yang terbaca dari bunyi smsnya semalam adalah bahagia karena tembok perbedaan yang menjadi batas pem