Malam ini, 18 Mei
2012, hujan turun lagi. Padahal sepanjang hari semua tak begini. Mulai dari
mentari terbit di ujung sana sampai jelang senja di ujung lainnya, langit masih
ramah. Namun saat malam tiba, langit sepertinya marah. Mendadak air tumpah membuncah.
Sepanjang pagi hingga
sore baru sekali perut diisi nasi. Maka demi merasai dingin nya hujan, saya
mulai lapar lagi.
Namun hendak makan
apa ?. Nasi goreng ?. Bukankah itu menu andalan banyak orang saat hujan turun
?. Mungkin, tapi tidak bagi saya. Nasi goreng adalah makanan darurat, sama
halnya mie instan. Dengan kata lain itu menjadi pilihan terakhir bagi saya jika
tak ada opsi makanan lain. Gudeg ?. Tidak, terakhir makan gudeg saya “sakit
perut”. Penyetan khas kaki lima ?. Uwh, saya hampir bosan dengan makanan itu. Atau
sayur asem kesukaan saya ?. Memang di mana di Jogja yang malam-malam begini
menjual sayur asem dengan potongan daging sapi di dalamnya ?. Setahu saya tidak
ada. Kalaupun ada pernah saya mencicipi dan tidak enak. Angkringan ?. Ah hari
ini saya sedang tak ingin ke sana.
Itulah yang saya
fikirkan sembari menanti hujan reda. Dan akhirnya hujan berhenti. Sebenarnya tidak
berhenti benar, karena gerimis tersisa membasahi udara malam ini. Namun lapar
yang mendera akhirnya membawa saya keluar melintasi jalanan menuju tempat di
manapun perut akan berlabuh.
Akhirnya “ke mana
langkahku pergi” sampainya tak jauh-jauh juga. Sebuah kedai ayam goreng yang
mempunyai banyak cabang di kota Jogja menjadi pilihan saya. Sebetulnya bukan
pilihan melainkan setengah keterpaksaan, mau tak mau karena penjual nasi goreng
sebagai opsi terakhir ternyata tak berjualan malam ini.
Ini bukan pertama
kalinya saya makan di tempat tersebut. Saat datang pertama kali 3 minggu lalu saya
memilih makan di tempat. Harga yang harus saya bayar untuk sepaket ayam goreng,
nasi dan air minum tak terlampau mahal. Walau rasa ayamnya saya rasa tidak
istimewa.
Nah, saat malam ini
datang kembali ke sana saya memesan untuk dibungkus karena hari sudah gelap.
Ingat, pria baik-baik tidak berkeliaran malam-malam. Saya meminta dibungkus
satu sayap goreng (ini adalah bagian ayam kesukaan saya) dan nasi, tanpa air
minum.
Ketika tiba di kasir
saya agak terkejut karena ternyata harga yang harus saya bayar sama dengan
sepaket ayam ditambah nasi dan minuman dingin jika dimakan di tempat. Bagaimana
bisa begitu ??. Padahal jumlah yang saya pesan untuk dibungkus tidak termasuk
air minum. Tetapi uang yang harus saya bayarkan tak berbeda. Apakah ini cara
penjual untuk mempromosikan tempatnya sehingga memberikan harga yang berbeda
untuk paket yang sama jika dibungkus dibawa pulang ?.
Namun saya tidak
menanyakan hal itu kepada kasir. Meski sebenarnya sebagai pembeli saya berhak
tahu alasan itu. Sejenak terbesit dalam hati kalau kasir ini telah melakukan tindakan
nakal. Namun sebagai pria baik-baik saya tetap mencoba berfikir positif.
Setelah mengamati kemasan ayam goreng yang saya bawa pulang, saya berfikir
jangan-jangan minuman dingin yang diberikan pada paket jika di makan di tempat
dianggap sama dengan kantung plastik pembungkus kardus ayam goreng ini.
Jika ini benar maka
betapa mahalnya kantung plastik ini karena jika dianggap sama dengan minuman
dingin berarti harganya paling tidak Rp. 2000.
Sayang saya tak
sempat menanyakan alasan pasti di balik perbedaan paket makan di tempat dan
paket dibungkus. Mungkinkah ini menjadi cara kedai itu untuk mengkampanyekan
pembatasan penggunaan kantung plastik untuk berbelanja ?. Hal yang masuk akal
karena jika harga itu berlaku umum maka akan membuat pembeli berfikir ulang
jika harus memesan dibungkus. Lebih baik dimakan di tempat, dengan harga yang
sama dan masih mendapat “bonus” minuman dingin. Jika memang demikian saya rasa
itu menjadi cara yang cerdas. Namun apakah benar demikian ?. Atau kasir malam
ini yang telah berbuat “kecurangan” terhadap pembeli, dalam hal ini saya yang
lugu ?. Biarkan saja saat hujan yang menyimpan jawabannya. Toh benar atau tidak
dugaan saya itu, tetap tak bisa dipungkiri bahwa ada harga “mahal” yang harus
dibayar dari setiap kantung plastik yang kita gunakan. Jadi gunakanlah
seperlunya.
Selamat Malam.
Komentar
Posting Komentar