Langsung ke konten utama

Yang Tertinggal dari 15 September 2011 | 4 : Telepon dari Yovie Widianto


17 September dini hari saya sedang terpejam dengan mengenakan kaus merah KAHITNA-LDSC ketika kecelakaan itu terjadi. Saya tak mengerti bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi. Ketika bangun saya sudah dalam keadaan terjatuh, dengan tas laptop berada di lantai mobil sementara tas kamera masih melingkar di pinggang.

Pusing dan blank. Itulah yang pertama kali yang saya rasakan. Lalu keadaan segera menyadarkan saya kalau kami telah mengalami kecelakaan. Dan ketika semua penumpang telah keluar dari mobil yang rusak, saya baru tahu kami ada di jalan tol Pejagan. Di depan kami sebuah Avanza dengan nomor polisi Surabaya juga terparkir dengan bagian belakang rusak.

Untuk beberapa saat saya tak menyadari ada yang hilang dari saya. Hingga akhirnya saya sadar saya tak lagi menggunakan kacamata. Beberapa saat kemudian penumpang lain menghampiri dan mengatakan pada saya bahwa kacamata saya pecah karena terlempar saat mobil menabrak tadi. Subhannallah, begitu keraskah kecelakaan kami ?. Mungkin iya, karena belakangan saya tahu kalau pintu mobil sebelah kanan ringsek dan tak bisa dibuka.

Di dalam mobil saya meraba kepala saya, ada memar di mata. Dan beberapa saat kemudian saya juga merasakan ada benjol di kepala saya, hehehe. Tapi Alhamdulillah  baik-baik saja.
Beberapa saat kemudian mobil polisi dan patroli jalan tol menghampiri kami. Sirine langsung meraung. Segitiga pengaman dipasang di belakang dan di samping mobil kami sementara saya dan 2 orang lainnya memilih keluar menepi dari badan jalan.

Akhirnya kami semua dibawa kembali pintu tol. Jaraknya cukup jauh karena kami sebenarnya hampir keluar dari tol saat kecelekaan terjadi. Dengan kawalan mobil patroli jalan raya kami pun berbalik arah.

Sampai di pintu tol saya dan 2 penumpang lainnya diturunkan. Ternyata di sana sudah ada dua mobil dan saya pun disuruh masuk ke dalam salah satu mobil. Mobil yang akhirnya membawa saya melanjutkan perjalanan dengan memar di mata dan benjol di kepala. Dan yang pasti saya kehilangan kacamata frame biru kesayangan saya.

Jelang pukul 9 pagi saya sampai di rumah. Ibu dan kakak saya sempat bertanya mengapa baru sampai. Dengan singkat saya bercerita tentang kecelakaan yang terjadi.   Mereka sempat kaget dan meminta saya periksa ke dokter. Namun saya menyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja kecuali satu : saya tak lagi berkaca mata.

Sekitar pukul 14.30 saya terbangun dari tidur saat handphone saya bergetar. Ternyata sudah ada panggilan yang sama sedari siang, jumlahnya lebih dari satu kali. Ada juga 2 sms masuk, isinya sama, pengirimnya juga sama yakni mas Irsan. 
Panggilan masuk yang terakhir akhirnya saya angkat saat bangun. Untuk beberapa saat saya mendengar suara mas Irsan di ujung sana. Kami berbicara sebentar sebelum akhirnya telepon diambil alih. Tebak siapa yang berbicara di ujung sana sekarang ?. Saya berusaha mengatur nafas saat mengenali suaranya. Yovie Widianto, orang yang baru saya saksikan penampilannya bersama KAHITNA menyapa saya lewat telepon saat itu. Kami pun berbincang untuk beberapa saat, tak lama, hanya sekitar 1 menit.

Pembicaraan berakhir, saya bergegas keluar kamar sambil meraba kepala. Masih benjol dan pusing. Tapi tak seberapa, karena menjalani hari tanpa kacamata lebih menyiksa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk

PERBEDAAN

Sejatinya tulisan ada karena sms seseorang yang masuk ke HP Nokia saya kemarin malam. Sebut saja Indah, nama sebenarnya, usianya yang lebih muda dari saya membuat kami beberapa kali terlibat perbincangan seperti halnya saudara. Beberapa hal ia ceritakan pada saya, yang paling sering soal asmaranya beserta segala macam bumbu seperti perkelahian antar wanita (berkelahi beneran), cinta segitiga dan sebagainya. Saya sering “terhibur”mendengar cerita-cerita itu darinya. Daripada menonton kisah sinetron, kisah Indah ini lebih nyata. Dan semalam dia mengirim sms bahagia. Bahagia dari sudut pandang dirinya karena usai jalinan asmara lamanya kandas dengan meninggalkan banyak kisah sinetron, kini ia mengaku bisa merasai lagi indahnya cinta. Sekali lagi cinta menurut sudut pandang dirinya. Namun rasanya yang ini begitu menggembirakan untuknya. Alasan pastinya hanya ia yang tahu, namun satu yang terbaca dari bunyi smsnya semalam adalah bahagia karena tembok perbedaan yang menjadi batas pem