Kelabu hari ini saya
rasakan. Saat pagi hari membuka TV saya sudah melihat Nikita Willy, artis yang
mengalami penuaan teramat dini. Saya pun segera memindah channel. Beberapa saat
kemudian saya kembali lagi ke layar RCTI dan apa yang terjadi ??. Di depan
layar sudah berdiri kumpulan laki-laki berwajah bersih, mereka hendak “bernyanyi”.
Namun karena perasaan saya tidak enak kalau mereka hanya akan bermain olah
bibir, bukan bernyanyi, maka saya pun segera mematikan TV, pergi bergegas
mandi.
Dan saat hari mulai beranjak sore, saya kembali mengambil remot TV. Alangkah kurang
beruntungnya saya. Saat layar SCTV muncul, kumpulan wanita berambur pirang,
berkulit putih sedang bergaya di sana, setiap orang memegang mic namun suara
yang terdengar tidak sebanding dengan tampilan mereka saat itu. Sejenak saya
tertarik untuk tahu “sedang apa” mereka.
Akhirnya saya tahu
kalau yang sedang saya saksikan adalah grand final Cherrybelle Cari Cibi. Ya
Tuhan..saya hanya melongo untuk beberapa saat, mencoba bertanya seberapa "berartinya" Cherrybelle hingga pencarian personel pun harus
digelar dengan acara seperti ini. Kasihan yang nonton...Namun mau dikatakan
apalagi, itu hak Cherrybelle untuk menjaga popularitas mereka. Juga hak stasiun
TV untuk aji mumpung mengejar rating. Sebuah simbiosis mutualisme,
menguntungkan untuk kedua belah pihak walau belum tentu “menguntungkan” bagi
yang menonton.
Beberapa menit
berselang 4 orang wanita lagi muncul dari belakang, namanya mereka tidak tahu.
Tapi rupanya mereka finalis calon personel Cherrybelle yang baru.
Selanjutnya ketujuh personel Cherrybelle berpindah tempat. Selesaikah acaranya ?. Nggak !. Justru inilah awal dari rangkaian acara “penting” ini. Personel Cherrybelle menduduki kursi menghadap panggung. Sementara ke empat wanita muda itu menata diri di depan. Satu, Dua, Tiga...!. Mereka pun mulai bernyanyi.
Selanjutnya ketujuh personel Cherrybelle berpindah tempat. Selesaikah acaranya ?. Nggak !. Justru inilah awal dari rangkaian acara “penting” ini. Personel Cherrybelle menduduki kursi menghadap panggung. Sementara ke empat wanita muda itu menata diri di depan. Satu, Dua, Tiga...!. Mereka pun mulai bernyanyi.
Sakit, itu yang saya
rasakan di telinga. Maaf, bukan meremehkan mereka bernyanyi, sayapun tak pandai
bernyanyi meski dulu sempat belajar musik selama 3 tahun. Tapi sungguh saya
terkejut sekaligus prihatin. Terkejut karena begitu mengambil nada pertama,
suara mereka sudah tak enak didengar. Saya tak bisa menggambarkan bagaimana
tadi mereka bernyanyi, namun sedikit gambaran yang saya rekam adalah : mereka
salah mengambil nada, temponya pun demikian, vokal mereka kalah dengan musik,
suaranya pun ke mana-mana, silakan diartikan fals atau goyang atau apa saja
yang jelas saya “terpaku” melihat itu semuanya. Seperti inikah yang namanya
grand final pencarian bakat personel girlsband Indonesia ???. Jangan-jangan seperti
ini juga dulu para personel Cherrybelle dikumpulkan. Mereka hanya dipilih
karena cantik parasnya, lantas suara mereka “diatur” beberapa minggu sebelum dimunculkan
ke publik.
Saya menjadi
prihatin kepada penonton yang menyaksikan acara itu baik langsung maupun lewat
layar kaca. Namun sepertinya rasa prihatin saya ini tak ada gunanya. Lihat
saja, penonton itu tampak begitu histeris meneriakkan nama personel dan peserta
kontes. Mereka bahkan ikut bernyanyi sambil mengusung poster dukungan kepada
jagoan mereka. Mereka seperti sedang menonton konser penyanyi yang suaranya
mengalihkan dunia padahal musik yang dimainkan hanya minus one, padahal suara yang
terdengar sebagian adalah suara back up
rekaman yang berfungsi memperkuat sekaligus menutupi minus suara live mereka.
Usai ke empat peserta
itu bernyanyi, lagi-lagi saya terkejut. Ternyata 7 personel Cherrybelle yang
duduk di depan mereka bertindak sebagai komentator sekaligus juri !!!. Saya
geli sekaligus heran. Acara apa ini ??. Tanpa mengurangi penghargaan saya
kepada peserta dan Cherrybelle, saya merasa ada yang salah atau malah sesat
dari ini semua. Cherrybelle yang secara vokal dan musikalitas masih dipertanyakan
bahkan sering dinilai belum layak untuk menjadi penyanyi kini malah menilai
vokal orang lain yang sayangnya sama-sama kurang enak didengar.
Sungguh unik dan
makin menggelikan saja. Saya kembali tertegun oleh pertunjukkan berikutnya.
Ternyata para personel Cherrybelle rata-rata memberi nilai 9 hingga 10 kepada
peserta-peserta itu. Saya tidak tahu apakah telinga saya yang keliru tadi atau
telinga Cherrybelle yang tak baik. Atau malah memang seperti itulah “standar”
suara untuk menjadi personel girlsband di Indonesia ?. Sungguh suara mereka
masih kalah jauh enaknya dibanding dengan peserta lomba menyanyi anak dan mini
konser murid vokal yang beberapa saat lalu saya saksikan di Yogyakarta. Dan
luar biasanya salah seorang personel Cherrybelle memberi label “Istimewa”
kepada peserta itu.
Menyimak ini semua
akhirnya saya berfikir bahwa kilah terinspirasi girlsband Korea yang selama ini
mereka gunakan sebagai alasan untuk terjun ke dunia musik sebenarnya kosong
belaka. Sebaliknya saya curiga jangan-jangan porsi latihan para girlsband
Indonesia itu 60% menari, 30% berdandan dan baru sisanya 10% teknik bernyanyi.
Menyimak acara ini
pun saya jadi menarik kesimpulan kalau alasan stasiun TV mengangkat kontes
girlsband Indonesia semacam ini untuk menampung bakat penyanyi-penyanyi muda
adalah bohong besar karena nyatanya para peserta itu pantas dipertanyakan
bakatnya. Stasiun TV telah mengabaikan salah satu kewajiban mereka untuk
melakukan edukasi kepada penonton. Sebaliknya mereka hanya mengejar rating dan aji
mumpung lalu menggunakan label “pencarian bakat” untuk mengeruk
keuntungan.
Memprihatinkan.
Itulah kata yang bisa saya berikan untuk acara yang saya saksikan tadi.
Memprihatinkan juga untuk para penonton Indonesia yang sadar atau tak sadar
telah dihujani oleh pertunjukkan-pertunjukkan yang heboh di luar namun parah di
dalam. Memprihatinkan juga untuk para girlsband yang oleh para managernya
dibesarkan hatinya kalau mereka layak jadi bintang namun sesungguhnya masih
prematur. Memprihatinkan karena meski berparas cantik, para girlsband Indonesia
itu justru “menyakitkan” suaranya.
Komentar
Posting Komentar