Langsung ke konten utama

GADIS BERKARDIGAN-BERPITA BIRU


wahai gadis manis berkardigan biru...
tanpa kardigan, ikat rambutnya berwana biru..ku tertegun, dia tersipu memandang ke arahku.

Paragraf pertama ini disalin dari sebuah buku harian.
15 Juli. Saya ada di depan Gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta. Beberapa saat lalu saat bersandar tegak pada pagar hitam gedung, 2 orang turis membuyarkan lamunan. Dalam bahasa Inggris yang logatnya seperti bukan dari Inggris, turis wanita menghampiri dan bertanya di mana Keraton lalu bagaimana menuju ke sana. Saya butuh beberapa detik untuk menjawabnya, untuk mengumpulkan kesadaran setelah pulang dari lamunan, untuk menerjemahkan maksud pertanyaan. Saya lalu menjawab. “Ya, kamu berjalan lurus saja, di sana kamu bisa bertanya pada informasi/resepsionis dan membayar tiket untuk dapat masuk ke Keraton..”. Tentu saja dalam bahasa Inggris meski entahlah apa mereka mengerti apa yang saya ucapkan. Yang pasti turis wanita lalu berucap : “Okay, excellent..”, lalu berlalu. Saya ??. Sejenak saya bertanya bertanya bertanya...”excellent ???” apanya ??. Saya kemudian duduk, memasang headset, memutar sebuah lagu.

"Sabtu sore di Simpang Dago
Ku jumpa dengannya
Wajahnya ceria senyum manis menghias bibirnya
Ku tertegun dia tersipu memandang ke arahku
Hatiku jadi dag dig dug
Dan sedikit salah tingkah

Gaun putih, berpita biru, lembut mempesona
Sungguh tak mengerti
Mengapa aku jadi begini
Ingin rasanya kau rasakan
Yang kutengah rasakan

Kucoba tuk mengenalnya
Di mana rumahnya, siapa namanya
Senyum yang jadi jawabnya

Wahai gadis manis yang berpita biru
Adakah kau tahu semua isi hatiku
Dan kujatuh hati padamu
Gadis manis yang berpita biru
Mungkinkah ini pertanda
Kau hadir dalam hatiku
Semoga semua ini
Kan nyata...

Ingin rasanya kau pun tahu
Apa yang ku rasakan
Kucoba tuk mengenalnya
Di mana rumahnya, siapa namanya
Senyum yang jadi jawabnya

Wahai gadis manis yang berpita biru
Adakah kau tahu semua isi hatiku
Dan kujatuh hati padamu
Gadis manis yang berpita biru
Mungkinkah ini pertanda
Kau hadir dalam hatiku
Semoga semua ini
Kan nyata..."

Rangkaian kalimat di atas lahir dari sebuah peristiwa Ospek kampus ITB 24 tahun lampau yang akhirnya menginspirasi seorang penulis lagu ternama Indonesia. 

Seperti apa jika barisan kalimat-kalimat itu dilagukan ?. Tak perlu susah membayangkan karena KAHITNA sudah melagukannya berpuluh tahun yang lalu. Silakan putar voice video di bawah ini dan jika kamu memiliki mesin pendownload di laptop/komputer, boleh dicoba untuk mendownload mp3 nya dari video ini.  

GADIS BERPITA BIRU - KAHITNA/YOVIE WIDIANTO
Sore ini di sudut keramaian Malioboro saya melepas lelah penat dan tak terasa  telah memutar kalimat-kalimat di atas berkali-kali sambil mulut dan hati ikut bergumam. Sementara mata asyik mengamati segala kejadian yang tersaji dan lalu lalang yang melintasi (Yogyakarta, 15 Juli 2012, 15:15 WIB).
wahai gadis manis yang berpita biru...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MILO CUBE, Cukup Dibeli Sekali Kemudian Lupakan

Alkisah, gara-gara “salah pergaulan" saya dibuat penasaran dengan Milo Cube. Akhirnya saya ikutan-ikutan membeli Milo bentuk kekinian tersebut.   Milo Cube (dok. pri). Oleh karena agak sulit menemukannya di swalayan dan supermarket, saya memesannya melalui sebuah marketplace online . Di berbagai toko online Milo Cube dijual dengan harga bervariasi untuk varian isi 50 cube dan 100 cube. Varian yang berisi 100 cube yang saya beli rentang harganya Rp65.000-85.000.   Pada hari ketiga setelah memesan, Milo Cube akhirnya tiba di tangan saya. Saat membuka bungkusnya saya langsung berjumpa dengan 100 kotak mungil dengan bungkus kertas hijau bertuliskan “MILO” dan “ENERGY CUBE”. Ukurannya benar-benar kecil. Satu cube beratnya hanya 2,75 gram, sehingga totalnya 275 gram.   Milo Cube yang sedang digandrungi saat ini (dok. pri). "Milo Kotak", begitu kira-kira terjemahan bebas Milo Cube (dok. pri). Tiba saatnya unboxing . Milo Cube ini berupa bubu

Sewa iPhone untuk Gaya, Jaminannya KTP dan Ijazah

Beberapa waktu lalu saya dibuat heran dengan halaman explore instagram saya yang tiba-tiba menampilkan secara berulang iklan penawaran sewa iPhone. Padahal saya bukan pengguna iPhone. Bukan seorang maniak ponsel, tidak mengikuti akun seputar gadget, dan bukan pembaca rutin konten teknologi. iPhone (engadget.com). Kemungkinan ada beberapa teman saya di instagram yang memiliki ketertarikan pada iPhone sehingga algoritma media sosial ini membawa saya ke konten serupa. Mungkin juga karena akhir-akhir ini saya mencari informasi tentang baterai macbook. Saya memang hendak mengganti baterai macbook yang sudah menurun performanya. Histori itulah yang kemungkinan besar membawa konten-konten tentang perangkat Apple seperti iphone dan sewa iPhone ke halaman explore instagram saya. Sebuah ketidaksengajaan yang akhirnya mengundang rasa penasaran. Mulai dari Rp20.000 Di instagram saya menemukan beberapa akun toko penjual dan tempat servis smartphone yang melayani sewa iPhone. Foto beberapa pelanggan

Berjuta Rasanya, tak seperti judulnya

“..bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu..” 14 Mei lalu saya mengunjungi toko buku langganan di daerah Gejayan, Yogyakarta. Setiba di sana hal yang pertama saya cari adalah majalah musik Rolling Stone terbaru. Namun setelah hampir lima belas menit mencarinya di bagian majalah saya tak kunjung mendapatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri puluhan meja dan rak lainnya. Jelang malam saya membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku dari sana. Bersampul depan putih dengan hiasan pohon berdaun “jantung”. Sampul belakang berwarna ungu dengan beberapa tulisan testimoni dari sejumlah orang. Kembali ke sampul depan, di atas pohon tertulis sebuah frase yang menjadi judul buku itu. Ditulis dengan warna ungu berbunyi Berjuta Rasanya . Di atasnya lagi huruf dengan warna yang sama merangkai kata TERE LIYE . Berjuta Rasanya, karya terbaru dari penulis Tere Liye menjadi buk